Presiden Iran Ebrahim Raisi hari Jumat (3/3) menyalahkan "musuh-musuh" negaranya atas serangkaian insiden baru-baru ini di mana asap berbahaya telah membuat ratusan anak sekolah, terutama para pelajar putri, jatuh sakit, di seluruh negeri.
Dalam pidatonya di depan massa di Iran selatan yang disiarkan langsung di televisi pemerintah, Raisi mengatakan, "Musuh-musuh (bangsa kita) sedang berusaha menciptakan keresahan di berbagai bidang di negara ini."
Dia mengatakan, "Musuh-musuh Iran berusaha menimbulkan berbagai masalah di jalanan, pasar, dan di sekolah untuk memicu kekecewaan rakyat."
Kantor berita yang disponsori pemerintah Iran, IRNA, melaporkan awal pekan ini bahwa Raisi memerintahkan penyelidikan segera terhadap peracunan siswi di lebih dari 30 sekolah di setidaknya empat kota sejak November, termasuk di kota suci Muslim Syiah Iran, Qom.
Ini adalah pertama kalinya presiden Iran secara terbuka membahas dugaan keracunan yang mempengaruhi anak-anak sekolah.
Beberapa perkiraan mengatakan sebanyak 900 siswi telah terpengaruh oleh keracunan yang dicurigai, mendorong pengamat internasional untuk menyatakan bahwa insiden tersebut adalah serangan terhadap kaum perempuan muda yang berpendidikan.
Ditanya tentang insiden tersebut dalam sebuah wawancara dengan VOA pada hari Jumat, Koordinator Komunikasi Strategis di Dewan Keamanan Nasional John Kirby menyebut situasi tersebut "sangat mengganggu," meskipun dia berhenti menyalahkan Iran atas peracunan tersebut.
"Saya khawatir kami tidak memiliki lebih banyak informasi sekarang tentang laporan keracunan ini," katanya, mencatat bahwa pemerintah Iran sedang menyelidiki.
BACA JUGA: Iran akan Selidiki Peracunan Siswi-siswi Sekolah"Kami ingin penyelidikan itu menyeluruh, lengkap, dan transparan dengan rakyat Iran, serta seluruh dunia," kata Kirby kepada VOA. "Gadis-gadis kecil itu tidak perlu khawatir tentang keselamatan mereka ketika pergi ke sekolah, mereka hanya perlu khawatir tentang nilai mereka."
Namun, Kirby tidak akan mengatakan apakah Amerika Serikat siap menawarkan bantuan untuk menyelesaikan insiden tersebut.
Badan kemanusiaan anak-anak PBB, UNICEF, Kamis telah menawarkan untuk membantu Iran menyelesaikan insiden tersebut.
Dalam pernyataan yang diposting di akun Twitternya, UNICEF mengatakan, “Sekolah adalah tempat yang aman bagi anak-anak dan remaja untuk belajar di lingkungan yang aman dan mendukung. Peristiwa semacam itu dapat berdampak negatif pada tingginya tingkat pendidikan anak-anak, terutama anak perempuan. yang telah dicapai dalam beberapa dekade terakhir."
Pernyataan itu mencatat, "UNICEF siap memberikan dukungan apa pun yang diperlukan."
Beberapa siswa telah sakit sampai-sampai mereka perlu dirawat di rumah sakit. Anak-anak mengeluh merasa lesu atau tidak bisa bergerak, sementara yang lain mengatakan mereka sakit kepala dan jantung berdebar-debar. Beberapa orang menggambarkan bau jeruk keprok, klorin, atau bahan pembersih.
Peracunan tersebut terjadi setelah berbulan-bulan protes anti-pemerintah nasional, yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pada September lalu, saat berada dalam tahanan polisi moralitas. Dia telah ditangkap beberapa hari sebelumnya karena diduga melanggar aturan berpakaian Islami yang ketat di Iran dengan mengenakan jilbabnya secara tidak benar.
Ratusan pengunjuk rasa, dan beberapa personel keamanan, tewas dalam demonstrasi jalanan untuk memrotes perlakuan pemerintah terhadap Amini (sebelum kematiannya). [pp/ft]