Presiden Iran Sorot Tragedi Mina di Sidang Umum PBB

  • Patsy Widakuswara

Presiden Iran Hassan Rouhani menyampaikan pidato pada Sidang Majelis Umum PBB, Senin, 28 September 2015, di New York.

Ditekan secara domestik guna mempercepat lawatannya ke PBB karena banyaknya jemaah haji yang meninggal karena terinjak-injak di Terowongan Mina, Presiden Iran Hassan Rouhani memulai pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB dengan mengenang para korban dan mendesak pemerintah Saudi untuk segera menyelidiki tragedi ini. Sejauh ini lebih dari 220 warga Iran tewas dan 250 lainnya belum diketahui nasibnya.

“Banyak jemaah haji yang menjadi korban akibat inkompetensi dan mismanajemen pihak yang bertanggung jawab,” kata Presiden Rouhani. Ia menambahkan bahwa “kurangnya akuntabilitas” Saudi menghambat identifikasi dan pemulangan jenazah ke Iran. Menurutnya sulit bagi pejabat konsuler Iran untuk datang ke Mekkah guna membantu warganya yang menjadi korban. Iran yang mayoritas penduduknya memeluk Islam aliran Syiah, merupakan musuh Saudi yang menyatakan diri sebagai penjaga benteng Sunni.

Dalam sisa pidatonya Presiden Rouhani menyatakan Iran bangga memulai babak baru di panggung internasional. Ia memuji kesepakatan nuklir Iran yang dicapai bersama enam kekuatan dunia termasuk Amerika Serikat, dan mengapresiasi Dewan Keamanan PBB yang semua anggotanya mendukung kesepakatan ini.

Pemimpin Iran ini juga mendesak agar dunia bersatu melawan ekstrimisme. Merujuk kepada ISIS, menurutnya ancaman terbesar dunia adalah jika organisasi teroris menjelma menjadi negara teroris. Menurutnya Iran siap membantu mencapai perdamaian di Suriah.

Tema ini juga menjadi sorotan dalam pidato pemimpin Rusia Vladimir Putin dan presiden Amerika Serikat Barack Obama. Kedua pemimpin ini saling menyalahkan dalam hal perang Suriah dan krisis pengungsi negara ini. Presiden Obama menuduh Rusia mendukung rezim Bashar Al-Assad, sementara Presiden Putin bersikeras bahwa Presiden Al-Assad mewakili stabilitas Suriah dan pasukannya perlu didukung dalam melawan ekstrimis ISIS yang kini mengancam kawasan.

Krisis Suriah kini memasuki tahun kelima, di mana pertarungan antara pemberontak dan loyalis Bashar Al-Assad membuat jutaan warga Suriah mengungsi, menimbulkan krisis di negara tetangga dan Eropa. [dw]