Presiden Joko Widodo mengajak negara-negara sahabat di Asia Afrika untuk mengembangkan sistem, peraturan dan regulasi yang lebih ramah untuk dunia usaha.
“Saya juga mengajak untuk mempermudah lisensi badan usaha dan perlindungan terhadap investasi serta mendorong sektor swasta untuk menanamkan invetasi termasuk melalui kemitraan pemerintah dan swatsa, kini saatnya kita memperkuat kerjasama dibidang ekonomi," ujarnya dalam pidato pembukaan pertemuan bisnis negara-negara Asia Afrika, atau Asian African Business Summit pada hari ketiga pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA), Selasa (21/4) di Jakarta,
Presiden mengatakan kawasan Asia Afrika memiliki banyak potensi. Dengan jumlah penduduk di dua kawasan yang mencapai 5,4 milyar jiwa, atau 75 persen penduduk dunia, kawasan Asia Afrika merupakan kawasan yang tepat untuk berinvestasi sekaligus meningkatkan perekonomian.
Presiden Jokowi mengatakan optimistis kawasan Asia dan Afrika mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai bidang usaha, namun ia juga khawatir peningkatan perekonomian kedua kawasan menghadapi kendala akibat kemiskinan dan konflik.
"Saya percaya bahwa di sinilah akan muncul inisiatif-inisiatif dan terobosan-terobosan untuk menyusun rencana langkah ke depan memperkuat hubungan di kedua kawasan. Kawasan Asia Afrika mempunyai potensi yang sangat besar, kedua kawasan ini memiliki sumber daya alam dan ekonomi yang besar dengan pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia," ujarnya.
Pada tahun 2013-2014, pertumbuhan ekonomi Asia rata-rata 4,9 persen, sedangkan di Afrika 4,3 persen, dan PDB kedua kawasan pada tahun 2014 mencapai 51 persen dari PDB dunia, ujar Presiden.
Kontribusi investasi juga meningkat cukup tajam dari 13,2 persen tahun 2000 menjadi 41, 5 persen tahun 2013, yang menunjukkan bahwa negara-negara Asia Afrika semakin berperan dalam ekonomi dunia, tambahnya.
"Namun Asia Afrika juga menghadapi sejumlah tantangan, jumlah penduduk kita mencapai 5,4 milyar jiwa mewakili 75 persen dari total penduduk dunia yang sebagian besar masih miskin dan menjadi korban konflik," ujarnya.
Presiden Jokowi menjadi satunya-satunya kepala negara yang hadir dalam pertemuan tersebut. Sebelumnya sejumlah pemimpin Negara seperti Presiden China Xi Jin Ping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dijadwalkan menghadiri pertemuan ini, namun mereka batal hadir.
Pada kesempatan sama, Wakil Presiden Republik Afrika Selatan, Matamela Ramaphosa mengatakan masih banyak peluang yang bisa didapatkan para pengusaha jika berinvestasi di Afrika.
“Afrika memiliki potensi untuk meningkatkan nilai tambah untuk perkembangan pangan global," ujarnya.
Ayanda Mngadi dari delegasi bisnis Afrika Selatan mengatakan kunci peningkatan perekonomian adalah perdagangan, terutama dari sektor maritim.
"Isu kunci adalah perdagangan, kemudahan perdagangan, akses perdagangan, regulasi, dan seluruh isu kerjasama yang lebih baik yang terlihat dalam akses aktual dan integrasi aktual," ujarnya.
Pertemuan bisnis ini dihadiri sekitar 600 pelaku usaha dari Asia dan Afrika. Pertemuan ini juga membahas mengenai pembentukan Dewan Bisnis Asia Afrika atau Asia Africa Business Council, yang akan menjadi medium untuk meningkatkan hubungan bisnis antara negara-negara Asia dan Afrika.