Presiden Joko Widodo meresmikan bendungan atau waduk Gondang di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Kamis (2/5). Waduk yang dibangun sejak tahun 2014 dan memakan biaya hampir 800 miliar rupiah iniakan menyuplai air bagi warga dan petani di Karanganyar, Sragen, serta daerah sekitarnya.
Presiden Jokowi mengungkapkan pembangunan puluhan waduk selama lima tahun ini diharapkan bisa menggenjot produksi bahan pangan secara nasional. Menurut Jokowi, ribuan hektar lahan pertanian menggantungkan ketersediaan air pada pembangunan waduk.
“Bendungan Gondang ini saya lihat sudah selesai, tinggal dimanfaatkan sebaik-baiknya. September air bisa penuh.Ya saya harap dengan adanya bendungan ini ada peningkatan produksi, lahan pertanian, sawah-sawah. Biasa panen sekali, bisa jadi dua atau tiga kali. Bendungan di Indonesia baru 231. Dalam lima tahun kita target 49, kalau itu semua rampung, 20 persen kebutuhan ketersediaan air masyarakat terpenuhi. Itu masih jauh dari ideal, masih kecil. Jumlah bendungan harus dikebut untuk mengatasi kekeringan atau keterbatasan untuk pengairan lahan pertanian. Bendungan yang kita resmikan ada banyak, Sei Gong di Batam, Rotiklot di NTT. Semua sudah selesai,” jelas Jokowi.
Your browser doesn’t support HTML5
Para pekerja dan mesin-mesin terus bekerja menyelesaikan pembangunan infrastruktur di sekitar lokasi bendungan. Lokasi bendungan atau waduk ini sendiri berada di kaki Gunung Lawu, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, termasuk daerah tangkapan air yang memiliki karakteristik debit air sungai tetap tinggi meski dalam kondisi puncak musim kemarau.
Sementara itu, Bupati Sragen Kusdinar Yuni Sukowati mengatakan, dampak pembangunan bendungan ini akan dirasakan masyarakatnya yang mayoritas petani. Menurut Yuni, kini para petani di Sragen yang teraliri air bendungan tersebut bisa tiga kali panen.
“Dampak bendungan ini akan mengairi 2.800-an hektar, bisa menggenjot produksi padi sekitar 17 ribu ton gabah kering per tahun. Waduk ini bagi kami juga bisa jadi sumber air minum, debit 100 liter per detik. Meski waduk berada di kabupaten lain, Karanganyar, manfaat waduk ini justru dirasakan oleh warga di Sragen,” kata Bupati Sragen Kusdinar.
Lebih lanjut Yuni mengungkapkan tak hanya air saja yang dibutuhkan para petani. Stok pupuk, bibit hingga antisipasi penyebaran hama dan terjadinya bencana alam masih menjadi kendala produksi.
Sementara itu, juru bicara Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar, Supramnaryo, mengatakan, bendungan baru tersebut akan mengairi 300 hektar lahan pertanian di wilayahnya dan diprediksi menambah produksi beras sekitar 2 ribu hingga 3 ribu ton. Menurut Supramnaryo, produksi beras di Karanganyar mampu mensuplai persediaan beras di Jawa Tengah hingga 10 persen.
“Ya otomatis dengan adanya waduk ini akan mendongkrak produktivitas petani di Karanganyar, sekitar 300 hektar lahan petani akan teraliri, perkiraannya 1.800 ton hingga 3.000 ton padi. Kenaikan produksinya di Karanganyar saja, padahal kita selama ini surplus beras. Kita mampu menopang 10 persen kebutuhan berasdi Jawa Tengah, setara memenuhi kebutuhan beras warga di dua hingga tiga kabupaten,” jelasnya.
Tahun 2018 lalu hingga tahun ini, berbagai pembangunan bendungan di Jawa Tengah memasuki tahap akhir, masing-masing Bendungan Logung di Kabupaten Kudus, Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo, Randugunting di Kabupaten Blora, Jlantah dan Gondang di Kabupaten Karanganyar, dan Pidekso di Kabupaten Wonogiri. Dua bendungan lagi akan dibangun di Jawa Tengah yakni Bendungan Jragung di Kabupaten Demak dan Matenggeng di Kabupaten Cilacap.
Jawa Tengah termasuk tiga besar daerah lumbung beras nasional setelah Jawa Timur dan Jawa Barat dengan produksi padi masing-masing berkisar 8 hingga 9 juta ton. Enam provinsi di Pulau Jawa mampu memproduksi padi 28,08 juta ton atau 56 persen dari total produksi padi nasional.Sedangkan di luar Pulau Jawa, Sulawesi Selatan menjadi daerah penghasil padi terbanyak dengan produksi mencapai 5 juta ton.
Pemerintah mengklaim selama tahun 2018 surplus beras nasional mencapai 2,8 juta ton namun faktanya masih dibayangi kebutuhan beras impor mencapai 2,25 juta ton. [ys/uh]