Presiden Joko Widodo melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, memerintahkan dibukanya pembali jalan akses Terminal 1 dan 2 Bandara Juanda Surabaya, setelah sebelumnya sempat ditutup oleh TNI Angkatan Laut sejak 12 Maret yang lalu. Kondisi ini membuat aktivitas kargo di Terminal 2 Bandara Juanda menjadi lumpuh.
Penutupan itu juga mengakibatkan terhambatnya operasional kendaraan bandara, serta mobil pembawa bahan bakar pesawat. Penutupan dilakukan oleh pihak Pangkalan Udara TNI Angkatan Lanudal Juanda selaku pemilik lahan, karena belum mengantongi kesepakatan perjanjian bersama dengan pihak Angkasa Pura terkait aktivitas penerbangan sipil.
“Saya meminta atas nama pemerintah pusat agar akses yang ditutup hari ini dibuka kembali, sementara hal-hal yang terkait dengan perjanjian kerjasamanya, mohon Gubernur jawa Timur menjembatani road map penyelesaiannya,” kata Yuddy Chrisnandi.
Selama sebulan terakhir, PT. Angkasa Pura I mengambil kebijakan mengijinkan aktivitas distribusi barang serta lalu lintas kendaraan bandara, untuk melewati runway pada pukul 22.00 hingga pukul 05.00 saat tidak ada jam penerbangan.
Yuddy Chrisnandi menegaskan, berbagai persoalan terkait perjanjian kerjasama antara pengelola bandara dengan TNI Angkatan Laut selaku pemilik lahan, diharapkan dapat diselesaikan dengan baik tanpa harus mengorbankan kepentingan layanan publik.
“Bandara adalah salah satu pusat pelayanan publik, dan di bandara ini terdiri dari berbagai macam instansi, oleh karena itu seluruh instansi harus bekerjasama dalam satu kesatuan visi dan misi, memberikan pelayanan publik yang sebaik-baiknya guna peningkatan kegiatan aktivitas ekonomi yang berkesinambungan bagi kepentingan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat khususnya di Jawa Timur,” lanjutnya.
Dampak kerugian akibat penutupan akses jalur kargo dari Terminal 1 ke Terminal 2, diperkirakan mencapai lebih dari 100 milyar Rupiah, setelah ratusan kargo tidak dapat terangkut setiap hari.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, aktivitas perdagangan melalui Bandar Udara Internasional Juanda maupun pelabuhan laut memberikan kontribusi bagi perekonomian di Jawa Timur, sehingga penutupan jalan akses itu diharapkan tidak terulang lagi.
“Barang eksport ke luar negeri dan barang import dari luar negeri itu setahun 517 triliun (rupiah), tapi dalam negerinya 740 triliun, jadi 1.200 triliun lebih lalu lintas barang dan jasa itu lewat pelabuhan udara dan pelabuhan laut. Perdagangannya itu 27 persen, perdagangan untuk Indonesia. Jadi sangat mempengaruhi, jadi kalau angkutan kargo terganggu, angkutan barang terganggu, semuanya terganggu,” jelas Gubernur Jawa Timur, Soekarwo.