Menjelang peringatan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret nanti, Presiden Joko Widodo melangsungkan pertemuan dengan ratusan aktivis perempuan yang berjuang memberdayakan nasib perempuan akar rumput. Para aktivis perempuan tersebut telah berbuat banyak demi kelangsungan kehidupan kaum perempuan, antara lain di bidang ekonomi, lingkungan, perlindungan terhadap kekerasan dan lain-lain.
Dalam pertemuan yang diselenggarakan di Istana Negara, Rabu (6/3) ini, juga ditampilkan 16 profil perempuan tangguh yang telah mengukir prestasi serta perubahan kaum perempuan di daerahnya masing-masing.
Melihat apa yang telah dilakukan oleh para kaum hawa tersebut, Jokowi sangat menghargai apa yang telah dilakukan, demi kemajuan kaum perempuan Indonesia di masa depan. Menurutnya hal ini akan semakin memperkokoh peran penting perempuan untuk berpartisipasi baik dalam keluarga, perekonomian, maupun dalam pembangunan.
“Aktivitas yang sangat luar biasa sekali, yang menampilkan bagaimana perjuangan, motivasi dari ibu-ibu aktivis yang tadi banyak berkaitan dengan aktivitas ekonomi, yang berkaitan dengan urusan KDRT, hukum, lingkungan. Saya kira itu adalah sebuah prestasi yang masih kita harapkan lebih banyak lagi dari perempuan-perempuan Indonesia dan saya sangat percaya peran sentral para perempuan dalam mendidik anak-anak kita dan dalam menopang ekonomi keluarga,” ujar Jokowi
Ditambahkannya, pemerintah sampai saat ini juga telah melakukan berbagai program khususnya untuk kaum perempuan di tanah air, seperti Kredit Ultra Mikro (UMI) yang sudah diberikan ke satu juta nasabah perempuan di seluruh Indonesia.
Ada pula program “Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera” (Mekar) yang sudah melibatkan 4,2 juta perempuan prasejahtera. Selain itu juga ada program Program Keluarga Harapan (PKH) , Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan juga lain-lain.
Diakuinya, upaya yang dilakukan perempuan untuk memberdayakan ekonomi keluarga tidak selamanya mudah, karena peran utama yang harus selalu dimainkan yaitu untuk mendidik dan mengayomi keluarga. Ia pun teringat akan kisah masa kecilnya melihat perjuangan Ibunya yang berjuang keras demi kelangsungan hidup keluarganya akibat sulitnya perekonomian pada kala itu.
“Saya ingat kecilan saya. Semua orang tahu saya lahir di pinggir sungai, di bantaran kali. Orang tua saya disitu jualan bambu dan kayu. Tahun 70an saya ingat sekali rumah saya di gusur, tidak diberi ganti rugi saat itu, sehigga binggung mencari rumah. Kami pernah empat kali ngontrak, pindah dan itu saya rasakan betul betapa perjuangan seorang ibu dalam mengayomi, mendidik anak itu begitu sangat beratnya. Saya merasakan itu betul, terutama dari sisi ekonomi,” paparnya.
Untuk itu Jokowi berpesan kepada para aktivis perempuan untuk meneruskan dan mengembangkan apa yang sudah diperbuat selama ini, dan juga tidak lupa untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan, agar senantiasa rukun, dan tidak terpecah belah.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak Yohanna Yembise berpesan kepada semua aktivis yang hadir agar tetap kuat untuk bisa berjuang dan tidak didiskriminasi dalam hal apapun. Dia percaya bahwa perempuan Indonesia punya potensi untuk bisa berkembang dan memajukan Indonesia, sehingga target kesetaraan antara perempuan dan laki-laki bisa 50 persen bisa tercapai di masa depan.
“Kita menyaksikan setiap kepala negara katakan satu negara belum maju bebas kemiskinan kalau peremppuan belum ada di garis aman. Indonesia satu dari 10 negara besar di dunia, mayoritas muslim, toleransi tinggi, perempuan Indonesia dianggap maju. Targetnya perempuan dan laki-laki berjalan setara 50-50,Saya mengajak semua perempuan hadir disini, kita bangkit gunakan potensi kita, jangan kita merasa diskriminasi, laki-laki punya power lebih dari kita,” Jelas Yohanna
Sementara itu, Direktur Eksekutif Kapal Perempuan Misiyah yang hadir dalam acara ini merasa senang bisa ikut serta dalam pertemuan ini.
Menurutnya, pertemuan ini penting agar Presiden Jokowi dapat mengetahui secara langsung tentang realita dan berbagai permasalahan yang dialami oleh perempuan akar rumput dari seluruh Indonesia, serta perjuangan yang sudah dilakukan oleh para pejuang kaum hawa tersebut. Pemerintah, kata Misiyah, sejauh ini cukup memiliki komitmen untuk melindungi kaum perempuan, seperti menerbitkan berbagai peraturan yaitu pencegahan perkawinan anak, peraturan penghapusan KDRT. Namun ia berharap pemerintah bisa melindungi dan memberdayakan perempuan secara lebih masif di berbagai daerah di Indonesia dan di semua sektor pembangunan.
Your browser doesn’t support HTML5
“Kita berharap pasca moment ini semakin diperdalam bagaimana strategi yang sudah dikembangkan di berbagai wilayah Indonesia terutama di desa-desa, dikembang lebih luas lagi. Kongkritnya adalah kebijakan yang sudah ada untuk melindungi perempuan itu diterapkan, yang kedua afirmatif terhadap perempuan, terutama yang mengalami situasi lebih buruk itu mendapatkan perlindungan yang lebih, kemudian partisipasi perempuan dalam politik pembangunan itu penting sekali didorong supaya perempuan itu memberikan represntasi kepentingannya , kebutuhannya di masyarakat,” kata Misiyah.
Tema besar Hari Perempuan Internasional Tahun 2019 ini adalah #BalanceforBetter atau keseimbangan demi masa depan yang lebih baik. Kampanye tema ini akan dilakukan selama satu tahun penuh, mulai 8 Maret nanti, dengan mengajak semua pihak – terutama kaum perempuan – untuk menciptakan dunia yang mengikutsertakan semua pihak dalam pembangunan. Kelompok perempuan di akar rumput disebut-sebut sebagai kunci penting gerakan #BalanceforBetter ini, karena kini kita memasuki periode sejarah dimana dunia membutuhkan keseimbangan gender. (gi/em)