Presiden Kolombia Ingin Mengubah Perjanjian Perdagangan Bebas dengan AS

Presiden AS Joe Biden (kanan) bertemu dengan Presiden Kolombia Gustavo Petro di Gedung Putih, Washington, pada 20 April 2023. (Foto: Reuters/Kevin Lamarque)

Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan, pada Rabu (16/8), bahwa ia ingin menegosiasikan ulang perjanjian perdagangan bebas negaranya dengan Amerika Serikat, yang menjadi tujuan ekspor utamanya.

Dalam sebuah pertemuan dengan para petani kopi, presiden sayap kiri pertama Kolombia itu mengatakan bahwa perjanjian yang berlaku selama 11 tahun itu melarang Kolombia menanam jenis jagung lokal, alih-alih mewajibkan negaranya hanya menanam jenis yang diproduksi di AS dan Kanada.

“Saya ingin mengumumkan kepada publik bahwa negosiasi ulang sudah dimulai,” kata Petro, yang disambut tepuk tangan meriah dalam pertemuan di Kota Pitalito, Kolombia selatan itu. Meski demikian, ia tidak memberi rincian lebih lanjut.

Selama kampanye pemilihan presiden tahun 2022 yang ia menangkan, Petro mengumumkan bahwa dirinya ingin mengubah perjanjian perdagangan bebas dengan AS untuk melindungi pertanian Kolombia dari apa yang ia sebut sebagai impor murah AS.

BACA JUGA: Delapan Negara di Kawasan Amazon Keluarkan Tekad Luas untuk Lestarikan Hutan Hujan

“Kita mengimpor hampir semua jagung kita dari AS dan Kanada. Jika saya ingin mengubah jagung itu dengan jagung Kolombia, saya bisa menciptakan 1,2 juta lapangan kerja. Dengan kata lain, kemakmuran,” kata Petro.

Pihak oposisi telah memperingatkan bahwa pengenaan tarif impor baru akan mendorong AS memberikan tanggapan setimpal yang dapat membahayakan perekonomian Kolombia.

Perjanjian perdagangan bilateral yang ditandatangani pada 2012 itu menjadikan AS sebagai pembeli utama ekspor barang dan jasa Kolombia, serta menjadi investor utama negara itu, kata kementerian perdagangan Kolombia.

Kolombia mengekspor minyak, batu bara dan produk pertambangan lainnya ke AS.

Petro mulai berkuasa Agustus pada tahun lalu dengan janji reformasi sosial secara meluas. Ia bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih pada April lalu. [rd/rs]