Presiden Amerika Barack Obama menerima kunjungan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye di Gedung Putih, hari Selasa (7/5).
WASHINGTON DC —
Seusai perbincangan di Gedung Putih, Presiden Amerika Barack Obama dan Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye mengimbau Korea Utara untuk mengakhiri perilaku provokatif, dan berkomiten pada langkah-langkah pelucutan senjata nuklir.
Kunjungan Presiden Park Geun-Hye ke Washington DC berlangsung selagi Amerika dan Korea Selatan merayakan 60 tahun penandatanganan pakta keamanan bersama yang dilakukan dua bulan setelah berakhirnya Perang Korea 1953.
Beberapa pekan sebelum perbincangan di Gedung Putih telah ditandai dengan meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea karena ancaman nuklir Korea Utara dan serangan konvensional terhadap Korea Selatan dan Amerika.
Presiden Obama mengatakan pesan yang dapat diambil oleh Korea Utara dari perbincangan hari Selasa dengan Presiden Park dan secara keseluruhan resolusi Amerika – Korea Selatan, adalah tindakan-tindakan provokatif Korea Utara telah gagal.
Obama mengatakan, “Jika Korea Utara berpandangan ancamannya akan mendorong kesenjangan hubungan antara Korea Selatan dengan Amerika atau entah bagaimana membuat Korea Utara lebih dihormati oleh pihak internasional, hari ini….terbukti Korea Utara telah gagal lagi.”
Obama menambahkan, Korea Utara menghadapi sanksi internasional yang baru dan semakin dikucilkan. Obama mengatakan hari-hari dimana Korea Utara berharap “menciptakan krisis dan memperoleh kelonggaran telah berlalu.”
Dalam waktu yang sama, Obama mengatakan Amerika dan Korea Selatan siap melakukan hubungan diplomasi dengan Korea Utara, tapi hanya jika Korea Utara mengambil langkah-langkah berarti untuk mematuhi resolusi PBB dan bergerak ke arah pelucutan senjata nuklir.
Melalui penerjemah, Presiden Park Geun-Hye mengatakan Korea Selatan dan Amerika akan bekerja sama untuk “membujuk” Korea Utara “mengambil keputusan yang benar” termasuk melalui kebijakan menciptakan saling percaya dari Presiden Park.
“Dalam kesempatan ini sekali lagi saya menyampaikan pesan dengan jelas. Korea Utara tidak akan bisa bertahan jika hanya mengandalkan pengembangan senjata-senjata nuklir dengan mengorbankan kesejahteraan penududuknya. Mengembangkan senjata nuklir dan melakukan pembangunan tidak akan berhasil,” ujar Park.
Presiden Park mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui apakah Korea Utara mengurangi ancaman dan provokasinya. Ia mengatakan masyarakat internasional harus mengirim pesan yang konsisten dan tegas bahwa tindakan provokasi akan ditanggapi dengan langkah-langkah yang lebih tegas.
Presiden Park Geun-Hye menekankan kembali bahwa Korea Utara akan menanggung akibatnya jika melakukan provokasi, tambahnya ia akan menggunakan pertimbangan militernya jika menghadapi situasi tersebut.
Presiden Obama mengatakan dunia “akan memperoleh manfaat jika Korea Utara mengubah kebijakannya,” tapi ia menambahkan baik ia maupun Presiden Park tidak naif bahwa sulit untuk mencapai hal itu.
Obama menggambarkan Presiden Park Geun-Hye sebagai pribadi yang tangguh dan realistis tapi bijaksana untuk meyakini bahwa konflik tidak dapat dihindari dan dipilih-pilih.
Pemimpin Korea Selatan melanjutkan kunjungannya di Washington dengan mengunjungi gedung DPR hari Rabu dan berpidato di hadapan anggota DPR Amerika.
Presiden Park berada di Amerika untuk melakukan lawatan lima hari, yang ia mulai Senin lalu di PBB, New York. Sekjen PBB Ban Ki-moon memuji tanggapan pemimpin Korea Selatan yang disebutnya “tegas tetapi terukur” terhadap provokasi-provokasi Korea Utara.
Pemimpin PBB itu mengatakan ia sudah siap membantu meredakan ketegangan dan memajukan perdamaian di semenanjung Korea, setelah ancaman baru-baru ini dari Utara untuk menyerang Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Korea Utara secara bertahap mengurangi intensitas retorikanya, setelah berpekan-pekan mengancam akan melakukan serangan konvensional dan nuklir terhadap Amerika dan Korea Selatan.
Hari Senin, para pejabat Amerika menyatakan mereka meyakini Korea Utara telah mencabut status siap luncur dua misil jarak menengahnya, tampaknya dalam upaya meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.
Kunjungan Presiden Park Geun-Hye ke Washington DC berlangsung selagi Amerika dan Korea Selatan merayakan 60 tahun penandatanganan pakta keamanan bersama yang dilakukan dua bulan setelah berakhirnya Perang Korea 1953.
Beberapa pekan sebelum perbincangan di Gedung Putih telah ditandai dengan meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea karena ancaman nuklir Korea Utara dan serangan konvensional terhadap Korea Selatan dan Amerika.
Presiden Obama mengatakan pesan yang dapat diambil oleh Korea Utara dari perbincangan hari Selasa dengan Presiden Park dan secara keseluruhan resolusi Amerika – Korea Selatan, adalah tindakan-tindakan provokatif Korea Utara telah gagal.
Obama mengatakan, “Jika Korea Utara berpandangan ancamannya akan mendorong kesenjangan hubungan antara Korea Selatan dengan Amerika atau entah bagaimana membuat Korea Utara lebih dihormati oleh pihak internasional, hari ini….terbukti Korea Utara telah gagal lagi.”
Obama menambahkan, Korea Utara menghadapi sanksi internasional yang baru dan semakin dikucilkan. Obama mengatakan hari-hari dimana Korea Utara berharap “menciptakan krisis dan memperoleh kelonggaran telah berlalu.”
Dalam waktu yang sama, Obama mengatakan Amerika dan Korea Selatan siap melakukan hubungan diplomasi dengan Korea Utara, tapi hanya jika Korea Utara mengambil langkah-langkah berarti untuk mematuhi resolusi PBB dan bergerak ke arah pelucutan senjata nuklir.
Melalui penerjemah, Presiden Park Geun-Hye mengatakan Korea Selatan dan Amerika akan bekerja sama untuk “membujuk” Korea Utara “mengambil keputusan yang benar” termasuk melalui kebijakan menciptakan saling percaya dari Presiden Park.
“Dalam kesempatan ini sekali lagi saya menyampaikan pesan dengan jelas. Korea Utara tidak akan bisa bertahan jika hanya mengandalkan pengembangan senjata-senjata nuklir dengan mengorbankan kesejahteraan penududuknya. Mengembangkan senjata nuklir dan melakukan pembangunan tidak akan berhasil,” ujar Park.
Presiden Park mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui apakah Korea Utara mengurangi ancaman dan provokasinya. Ia mengatakan masyarakat internasional harus mengirim pesan yang konsisten dan tegas bahwa tindakan provokasi akan ditanggapi dengan langkah-langkah yang lebih tegas.
Presiden Park Geun-Hye menekankan kembali bahwa Korea Utara akan menanggung akibatnya jika melakukan provokasi, tambahnya ia akan menggunakan pertimbangan militernya jika menghadapi situasi tersebut.
Presiden Obama mengatakan dunia “akan memperoleh manfaat jika Korea Utara mengubah kebijakannya,” tapi ia menambahkan baik ia maupun Presiden Park tidak naif bahwa sulit untuk mencapai hal itu.
Obama menggambarkan Presiden Park Geun-Hye sebagai pribadi yang tangguh dan realistis tapi bijaksana untuk meyakini bahwa konflik tidak dapat dihindari dan dipilih-pilih.
Pemimpin Korea Selatan melanjutkan kunjungannya di Washington dengan mengunjungi gedung DPR hari Rabu dan berpidato di hadapan anggota DPR Amerika.
Presiden Park berada di Amerika untuk melakukan lawatan lima hari, yang ia mulai Senin lalu di PBB, New York. Sekjen PBB Ban Ki-moon memuji tanggapan pemimpin Korea Selatan yang disebutnya “tegas tetapi terukur” terhadap provokasi-provokasi Korea Utara.
Pemimpin PBB itu mengatakan ia sudah siap membantu meredakan ketegangan dan memajukan perdamaian di semenanjung Korea, setelah ancaman baru-baru ini dari Utara untuk menyerang Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Korea Utara secara bertahap mengurangi intensitas retorikanya, setelah berpekan-pekan mengancam akan melakukan serangan konvensional dan nuklir terhadap Amerika dan Korea Selatan.
Hari Senin, para pejabat Amerika menyatakan mereka meyakini Korea Utara telah mencabut status siap luncur dua misil jarak menengahnya, tampaknya dalam upaya meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.