Kurang dari tiga bulan menjabat, dan dalam lawatan resmi pertama ke Amerika, Presiden Korea Selatan mengalami kesalahan publik memalukan bagi pemerintahannya.
SEOUL —
Hari Kamis, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye memecat juru bicaranya yang sedang diselidiki polisi Washington karena ada laporan juru bicara itu telah bertindak tidak senonoh terhadap seorang pekerja magang dari Kedutaan Besar Korea Selatan.
Presiden Park Geun-hye memecat ketua juru bicaranya karena, menurut kantornya hari Jumat, “insiden memalukan'' dalam perjalanan Park ke Amerika, yang bisa menjadi isu besar di dalam negeri, padahal seharusnya lawatan ke Washington mendapat banyak pujian.
Tanpa merinci, kantor kepresidenan Gedung Biru mengatakan pada situs web bahwa tindakan juru bicara Yoon Chang-jung mencemari martabat pemerintah.
Jurubicara kepolisian kota Washington Araz Alali mengatakan polisi sedang menyelidiki laporan pelecehan seksual, tetapi ia tidak bisa berkomentar lebih lanjut. Laporan polisi yang diperoleh kantor berita Associated Press menyebutkan seorang perempuan melapor kepada polisi bahwa seorang laki-laki “memegang bokongnya tanpa izin'' hari Selasa malam di Hotel W.
Laporan polisi itu tidak merinci situasi atau menyebut nama penuduh maupun tersangka. Hanya disebutkan, tersangka berusia 56 tahun. Nama Yoon, yang berusia 56 tahun, tidak disebut dalam laporan itu.
Partai oposisi utama Korea Selatan menyerukan President Park Geun-hye meminta maaf secara pribadi.
Juru bicara Partai Demokrat Bae Jae-jung mengatakan skandal yang terjadi pada jurubicara presiden itu merupakan tragedi yang bisa diperkirakan akan memalukan negara itu di dunia internasional.
Bae mengatakan partai itu menginginkan kantor kepresidenan mengusut tuntas dan bahwa Presiden Park harus meminta maaf kepada rakyat Korea Selatan karena telah mempekerjakan Yoon.
Media dalam negeri Korea Selatan mengatakan Yoon buru-buru meninggalkan Washington dan pulang ke Seoul. Ia tidak ikut dalam lawatan Presiden berikutnya ke Los Angeles.
Sekelompok perempuan anggota parlemen yang beroposisi di Seoul mengeluarkan pernyataan yang menyayangkan polisi di Washington karena meminta Yoon tinggal di hotel sementara mereka menghubungi kedutaan Korea Selatan, sehingga Yoon berkesempatan pergi ke bandara dan kabur dari negara itu.
Juru bicara partai yang berkuasa, Partai Saenuri, Min Hyun-joo, anggota parlemen, memuji pemerintah karena segera terbuka atas insiden tersebut.
Min, atas nama partai, mengungkapkan "penyesalan mendalam." Ia mengatakan jika tuduhan pelecehan seksual itu terbukti, hal itu tidak bisa dimaafkan dan Yoon harus bertanggungjawab atas perilakunya.
Yoon, sebelum bergabung dalam tim peralihan Presiden Park setelah menang Pemilu tahun lalu, adalah wartawan kawakan yang dikenal karena pandangannya yang konservatif dan komentarnya yang tajam menyerang lawan dari sayap kiri.
Kepada wartawan yang ikut dalam lawatan Presiden Park di Los Angeles, seorang pejabat pemerintah mengatakan Yoon dipecat karena "perilakunya yang tidak pantas sebagai pejabat tinggi, merusak martabat negara karena terlibat perilaku memalukan."
Park adalah putri mantan presiden. Ayahnya, Park Chung-hee, ketika masih sebagai jenderal angkatan darat, memimpin kudeta tahun 1961 dan berkuasa sampai tahun 1979 ketika ia dibunuh kepala intelijennya.
Presiden Park Geun-hye memecat ketua juru bicaranya karena, menurut kantornya hari Jumat, “insiden memalukan'' dalam perjalanan Park ke Amerika, yang bisa menjadi isu besar di dalam negeri, padahal seharusnya lawatan ke Washington mendapat banyak pujian.
Tanpa merinci, kantor kepresidenan Gedung Biru mengatakan pada situs web bahwa tindakan juru bicara Yoon Chang-jung mencemari martabat pemerintah.
Jurubicara kepolisian kota Washington Araz Alali mengatakan polisi sedang menyelidiki laporan pelecehan seksual, tetapi ia tidak bisa berkomentar lebih lanjut. Laporan polisi yang diperoleh kantor berita Associated Press menyebutkan seorang perempuan melapor kepada polisi bahwa seorang laki-laki “memegang bokongnya tanpa izin'' hari Selasa malam di Hotel W.
Laporan polisi itu tidak merinci situasi atau menyebut nama penuduh maupun tersangka. Hanya disebutkan, tersangka berusia 56 tahun. Nama Yoon, yang berusia 56 tahun, tidak disebut dalam laporan itu.
Partai oposisi utama Korea Selatan menyerukan President Park Geun-hye meminta maaf secara pribadi.
Juru bicara Partai Demokrat Bae Jae-jung mengatakan skandal yang terjadi pada jurubicara presiden itu merupakan tragedi yang bisa diperkirakan akan memalukan negara itu di dunia internasional.
Bae mengatakan partai itu menginginkan kantor kepresidenan mengusut tuntas dan bahwa Presiden Park harus meminta maaf kepada rakyat Korea Selatan karena telah mempekerjakan Yoon.
Media dalam negeri Korea Selatan mengatakan Yoon buru-buru meninggalkan Washington dan pulang ke Seoul. Ia tidak ikut dalam lawatan Presiden berikutnya ke Los Angeles.
Sekelompok perempuan anggota parlemen yang beroposisi di Seoul mengeluarkan pernyataan yang menyayangkan polisi di Washington karena meminta Yoon tinggal di hotel sementara mereka menghubungi kedutaan Korea Selatan, sehingga Yoon berkesempatan pergi ke bandara dan kabur dari negara itu.
Juru bicara partai yang berkuasa, Partai Saenuri, Min Hyun-joo, anggota parlemen, memuji pemerintah karena segera terbuka atas insiden tersebut.
Min, atas nama partai, mengungkapkan "penyesalan mendalam." Ia mengatakan jika tuduhan pelecehan seksual itu terbukti, hal itu tidak bisa dimaafkan dan Yoon harus bertanggungjawab atas perilakunya.
Yoon, sebelum bergabung dalam tim peralihan Presiden Park setelah menang Pemilu tahun lalu, adalah wartawan kawakan yang dikenal karena pandangannya yang konservatif dan komentarnya yang tajam menyerang lawan dari sayap kiri.
Kepada wartawan yang ikut dalam lawatan Presiden Park di Los Angeles, seorang pejabat pemerintah mengatakan Yoon dipecat karena "perilakunya yang tidak pantas sebagai pejabat tinggi, merusak martabat negara karena terlibat perilaku memalukan."
Park adalah putri mantan presiden. Ayahnya, Park Chung-hee, ketika masih sebagai jenderal angkatan darat, memimpin kudeta tahun 1961 dan berkuasa sampai tahun 1979 ketika ia dibunuh kepala intelijennya.