Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan, Senin (16/1), upaya negaranya untuk menjadi netral karbon pada tahun 2050 sebagian akan bergantung pada kembali ke tenaga nuklir, meskipun pendahulunya telah mencoba menjauh dari tenaga atom.
Komentar Yoon pada sebuah pertemuan tingkat tinggi di Uni Emirat Arab (UEA), yang disampaikan di depan pemimpin negara itu, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, berfungsi untuk menegaskan komitmen Seoul terhadap tenaga nuklir saat berusaha untuk menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Jazirah Arab itu.
Proyek itu bisa membuat Korea Selatan mendapatkan kontrak pemeliharaan yang menguntungkan dan proyek-proyek masa depan di UEA, yang semakin dekat dengan Seoul selama beberapa tahun terakhir.
“Jika kedua negara kita bergabung dalam upaya pengembangan energi bersih. itu tidak hanya akan meningkatkan keamanan energi kedua negara kita tetapi juga akan berkontribusi pada stabilitas pasar energi global,'' kata Yoon dalam pidatonya di acara Abu Dhabi Sustainability Week.
UEA juga berjanji untuk menjadi netral karbon pada tahun 2050, target yang masih sulit untuk dievaluasi dan masih belum sepenuhnya dijelaskan oleh Emirates bagaimana pencapaiannya.
Pembangkit listrik tenaga nuklir Barakah adalah upaya pertama Seoul untuk membangun reaktor atom di luar negeri. Pembangkit listrik senilai $20 miliar itu suatu hari nanti akan memenuhi hampir seperempat dari seluruh kebutuhan listrik UEA.
Dalam perjalanan empat hari Yoon ke UEA, Sheikh Mohammed berjanji untuk menginvestasikan sekitar $30 miliar di Korea Selatan. Para pemimpin bisnis kelas berat dari Hyundai, Samsung dan sejumlah perusahaan lain juga ikut serta dalam kunjungan kenegaraan tersebut. [ab/lt]