Presiden Korea Selatan pada hari Senin (1/4) bersumpah untuk tidak mundur dalam menghadapi protes keras dari para dokter yang berusaha menggagalkan rencananya untuk meningkatkan penerimaan mahasiswa baru di sekolah kedokteran secara drastis, dan menyebut aksi mogok kerja yang dilakukan mereka sebagai “aksi ilegal kolektif” yang merupakan “ancaman besar bagi masyarakat kita.”
Sekitar 12.000 dokter magang dan dokter dalam pelatihan spesialisasi di Korea Selatan telah berunjuk rasa selama enam minggu, menyebabkan ratusan operasi dan perawatan lain di berbagai rumah sakit universitas dibatalkan.
Untuk mendukung aksi mereka, banyak dokter senior di sekolah-sekolah kedokteran juga telah mengajukan pengunduran diri meski mereka tidak berhenti merawat para pasien.
Pejabat Korea Selatan mengatakan bahwa mereka ingin meningkatkan jumlah mahasiswa baru sekolah kedokteran sebanyak 2.000 orang, dari 3.058 orang yang ada saat ini untuk mencetak lebih banyak dokter guna menghadapi populasi yang semakin menua di negara tersebut.
BACA JUGA: Korsel Bersiap Tangguhkan Izin Dokter yang MogokPara dokter menentang rencana tersebut dengan pandangan bahwa sekolah-sekolah tidak akan mampu menangani peningkatan jumlah siswa yang begitu besar dan pada akhirnya akan merugikan layanan medis di negara tersebut.
Di sisi lain, para kritikus menilai para dokter hanya khawatir bahwa jumlah dokter yang lebih banyak akan menghasilkan pendapatan yang lebih rendah di masa depan, mengingat dokter saat ini merupakan profesi dengan pendapatan terbaik di Korea Selatan.
Survei publik menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Korsel mendukung rencana pemerintah tersebut. Namun, para pengamat mengatakan bahwa banyak orang yang semakin jenuh dengan aksi unjuk rasa berlarut antara pemerintah dan para dokter sehingga mereka mengancam akan memberi tekanan bagi para kandidat dari partai penguasa pemerintahan saat ini jelang pemilihan parlemen minggu depan. [ti/rs]