Presiden Morsi telah menetapkan tanggal 15 Desember untuk referendum nasional mengenai konstitusi baru yang kontroversial yang telah memicu sejumlah demonstrasi.
Presiden Mesir, Mohamed Morsi mengumumkan tanggal itu setelah dewan yang didominasi pihak Islamis Mesir menyerahkan rancangan akhir konstitusi baru itu kepadanya hari Sabtu (1/12) malam.
Rancangan konstitusi itu mempertahankan prinsip-prinsip hukum Islam sebagai sumber utama peraturan dan merupakan bagian dari transisi Mesir menuju sebuah demokrasi. Namun pertikaian sengit seputar rancangan konstitusi ini dan perebutan kekuasaan oleh Morsi baru-baru ini telah mengacaukan proses demokratisasi ini dan kembali menjerumuskan negara ini kedalam kekacauan.
Dua tahun sejak keberhasilan menggulingkan Hosni Mobarak, apa yang seharusnya menjadi sesuatu yang dirayakan telah berubah menjadi dua gerakan protes yang bertentangan, antara penentang dan pendukung dari jalannya transisi ini, mereka sebagian besar terpecah antara fihak Islamis dan kelompok sekuler.
Lebih dari 100 ribu pendukung Morsi yang diorganisir oleh Ikhwanul Muslimin dan kelompok Salafi turun ke jalan-jalan di Kairo dan kota-kota lainnya sehari setelah demonstrasi penentang Morsi juga turun ke jalan. Para pendukung berkumpul di luar Universitas Kairo dan di tempat-tempat lainnya, melambai-lambaikan bendera Mesir dan menaikkan spanduk dan menuntut pelaksanaan apa yang mereka katakan “Hukum Tuhan”
Ikhwanul Muslimin menghimbau demonstrasi-demonstrasi itu.
Hari Sabtu ribuan demonstran juga berdemo di Lapangan Tahrir, Kairo selama sembilan hari berturut-turut menentang presiden itu dan rancangan konstitusi. Mereka sebelumnya menyampaikan tentangan atas dekrit yang memberi kewenangan luar biasa bagi Morsi.
Rancangan konstitusi itu mempertahankan prinsip-prinsip hukum Islam sebagai sumber utama peraturan dan merupakan bagian dari transisi Mesir menuju sebuah demokrasi. Namun pertikaian sengit seputar rancangan konstitusi ini dan perebutan kekuasaan oleh Morsi baru-baru ini telah mengacaukan proses demokratisasi ini dan kembali menjerumuskan negara ini kedalam kekacauan.
Dua tahun sejak keberhasilan menggulingkan Hosni Mobarak, apa yang seharusnya menjadi sesuatu yang dirayakan telah berubah menjadi dua gerakan protes yang bertentangan, antara penentang dan pendukung dari jalannya transisi ini, mereka sebagian besar terpecah antara fihak Islamis dan kelompok sekuler.
Lebih dari 100 ribu pendukung Morsi yang diorganisir oleh Ikhwanul Muslimin dan kelompok Salafi turun ke jalan-jalan di Kairo dan kota-kota lainnya sehari setelah demonstrasi penentang Morsi juga turun ke jalan. Para pendukung berkumpul di luar Universitas Kairo dan di tempat-tempat lainnya, melambai-lambaikan bendera Mesir dan menaikkan spanduk dan menuntut pelaksanaan apa yang mereka katakan “Hukum Tuhan”
Ikhwanul Muslimin menghimbau demonstrasi-demonstrasi itu.
Hari Sabtu ribuan demonstran juga berdemo di Lapangan Tahrir, Kairo selama sembilan hari berturut-turut menentang presiden itu dan rancangan konstitusi. Mereka sebelumnya menyampaikan tentangan atas dekrit yang memberi kewenangan luar biasa bagi Morsi.