Presiden Nikaragua Daniel Ortega, Rabu (15/4) tampil dalam acara yang ditayangkan langsung oleh televisi nasional setelah absen dari hadapan publik selama satu bulan, yang menimbulkan pertanyaan mengenai kesehatan dan keberadaannya sewaktu dunia dirundung wabah virus corona.
Ortega, mantan anggota gerilyawan kiri yang sakit kronis, tidak memberi penjelasan mengenai ketidakhadirannya selama 33 hari ini. Tetapi Ortega mengatakan negara di Amerika Tengah itu akan menangani wabah virus corona secara bertanggung jawab.
“Kita tidak boleh berhenti bekerja, karena jika rakyat tidak bekerja, mereka mati,” kata Ortega yang kini berusia 74 tahun. “Kita adalah negaranya rakyat pekerja, rakyat tidak akan mati karena kelaparan,” lanjutnya.
Kesehatan Ortega selama ini dijaga ketat kerahasiaannya dan ketidakhadirannya dari kehidupan publik menimbulkan spekulasi mengenai hal itu.
Selama bertahun-tahun ini, Ortega telah mengalami dua kali serangan jantung, kolesterol tinggi dan berbagai penyakit lain, kata seorang pejabat kepada Reuters pekan lalu. Sejak itu, presiden semakin bersikap protektif terhadap kesehatannya, kata pejabat itu.
Memasuki masa jabatan ke-dua sebagai presiden setelah mengatur perubahan konstitusional yang memungkinkannya terpilih kembali, Ortega menyatakan bahwa Nikaragua memiliki jumlah kasus penularan virus corona terendah, dengan mencatat hanya sembilan kasus terkonfirmasi dan satu kematian.
“Kami memiliki kemampuan untuk merawat pasien virus corona,” kata Ortega.
Pakar kesehatan masyarakat mempertanyakan akurasi data resmi itu dan mendesak pemerintah untuk melaporkan berapa orang yang telah dites virus corona.
Nikaragua adalah satu dari sedikit negara yang tidak menerapkan langkah social distancing, tidak melarang pertemuan besar-besaran dan belum menutup sekolah dan universitas seperti yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia. [uh/ab]