Presiden Amerika Barack Obama menganugerahkan penghargaan anumerta kepada empat orang yang mempertaruhkan nyawa untuk melindungi warga Yahudi ketika berlangsung Holocaust, yakni pembantaian terhadap warga Yahudi di Eropa. Upacara itu berlangsung pada Hari Peringatan Holocaust Internasional, Rabu (27/1), untuk memperingati pembebasan kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia selatan. Israel menganugerahkan bintang penghargaan Righteous Among the Nations kepada orang-orang non-Yahudi yang membantu kaum Yahudi selama berlangsung Holocaust. Upacara itu untuk pertama kali berlangsung di Amerika. Zlatica Hoke melaporkan bahwa peringatan-peringatan lainnya diadakan di berbagai tempat di Amerika dan acara terbesar diadakan di Museum Peringatan Holocaust di Washington. Berikut laporan selengkapnya.
Presiden Amerika Barack Obama bergabung dengan para tokoh Yahudi dan orang-orang yang lolos dari pembantaian di Eropa dalam acara di Kedutaan Besar Israel di Washington. Acara itu diadakan untuk menghormati warga Amerika Roddie Edmonds dari Tennessee dan Lois Gunden dari Indiana, serta warga Polandia Waley dan Maryla Zbijewski.
"Kitab Talmud mengajarkan bahwa jika seseorang membinasakan satu nyawa, orang itu seakan-akan telah menghancurkan seluruh dunia dan jika seseorang menyelamatkan satu nyawa, orang itu seakan-akan telah menyelamatkan seluruh dunia," kata Obama.
Dalam pidatonya, Presiden Obama mengatakan anti-Semitisme dan intoleransi kini meningkat lagi, dan ia mengimbau semua orang agar melawan gerakan tersebut.
Sebelumnya pada hari yang sama, Museum Peringatan Holocaust di Washington menyelenggarakan acara untuk menghormati para korban Holocaust. Para korban Holocaust yang selamat, kalangan pejabat asing serta para tamu lainnya menyalakan lilin bagi para korban itu. Banyak di antara para korban itu kini hidup di Amerika Serikat.
Alfred Munzer adalah salah seorang korban selamat. Dia mengatakan, “Saya lahir di Belanda. Nyawa saya diselamatkan oleh keluarga Indonesia yang tinggal di Belanda, dan terutama pengasuh anak mereka yang beragama Islam. Saya berusia 9 bulan ketika saya ditinggalkan di keluarga itu. Mereka benar-benar mempertaruhkan nyawa untuk menerima seorang bayi Yahudi. Dan karena itulah saya bisa berada di sini hari ini.”
Nesse Godin, korban Holocaust yang selamat dari Lithuania, mengatakan, “Sebagai anak kecil, usia 13-17 tahun, saya mengalami hidup di daerah kumuh, kamp konsentrasi, empat kamp kerja paksa dan death march atau jalan kematian. Lalu, bagaimana saya bisa bertahan dengan selamat? Karena rahmat Tuhan di surga atau nama apa pun yang kita gunakan untuk menjulukinya."
Death March adalah jalan paksa bagi para tawanan dengan tujuan membunuh, memperlakukan dengan brutal, memperlemah dan menurunkan moral mereka selama dalam perjalanan.
Duta Besar Jerman Peter Witting mengatakan Jerman menyadari tanggung jawab khususnya untuk mencegah genosida pada masa mendatang.
Witting mengatakan, “Kami orang Jerman sekarang ikut merasakan kepedihan Anda dan ingatan akan kengerian yang tidak terbayangkan. Tapi yang paling penting, kami berbagi visi demi masa depan bersama. Konfrontasi kita dengan masa lalu adalah kompas moral yang membimbing tindakan kita sehingga warga Yahudi dapat hidup dengan damai dan aman di Eropa dan di mana pun di dunia.”
Rabu sore, para duta besar dari Jerman, Perancis, dan Uni Eropa mengadakan diskusi tentang bagaimana memberantas kebencian di Eropa. [lt/ab]