Presiden Amerika Barack Obama menyebut penembakan mati tiga warga Muslim dekat sebuah kampus di negara bagian North Carolina sebagai “pembunuhan yang brutal dan keterlaluan.”
“Tidak seorangpun di Amerika boleh menjadi sasaran karena diri mereka, penampilan mereka atau cara beribadah mereka,” kata Obama dalam pernyataan tertulis.
Ia juga mengkonfirmasi Biro Investigasi Federal Amerika (FBI) telah memulai penyelidikan untuk menetapkan apakah terjadi pelanggaran hukum federal.
Pihak keluarga dan rekan para korban mengatakan penembakan mati itu bermotif kebencian. Ketiga orang itu – dua perempuan bersaudara dan suami salah satunya – dibunuh hari Selasa di kompleks apartemen diluar kampus Universitas North Carolina di kota Chapel Hill.
Jaksa Agung Amerika Eric Holder mengatakan telah membuka akses total dari Departemen Kehakiman guna memastikan keadilan ditegakkan. Kata Holder, menjamin hak sipil semua warga Amerika adalah prioritas utama Departemen Kehakiman.
Craig Stephen Hicks, tetangga para korban usia 46 tahun, dikenai tuduhan pembunuhan terencana.
Polisi mengatakan ketiga korban – Deah Shaddy Barakat dan Yusor Abu-Salha yang baru menikah serta adik Abu-Salha yaitu Razan Abu-Salha yang berusia 19 tahun diduga ditembak mati terkait sengketa lama terkait tempat parkir.
Ayah kedua mendiang perempuan, Mohammad Abu-Salha, hari Rabu mengatakan ia yakin penembakan itu bermotif kebencian. Katanya, Hicks sudah berulang kali menghardik pasangan suami istri itu sambil membawa pistol di ikat pinggangnya.
Amerika mendefinisikan kejahatan bermotif kebencian adalah kejahatan yang dilakukan karena bias terhadap ras, agama, etnis, asal bangsa, gender, orientasi seksual ataupun keadaan cacat seseorang.
Tahun 2013, statistik FBI menunjukkan ada lebih dari 6.900 kejahatan bermotif kebencian dimana 165 diantaranya dilakukan karena bias terhadap penganut Islam.