Presiden Palestina Minta DK PBB Tolak Usul Perdamaian Trump

Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas berbicara di depan Dewan Keamanan PBB di New York, hari Selasa (11/2).

Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas hari Selasa (11/2) meminta kepada Dewan Keamanan PBB untuk tidak menerima usul perdamaian yang disampaikan Presiden Amerika Donald Trump, tetapi membuka kemungkinan perundingan dengan Israel.

“Rencana ini, atau bagian apapun dari rencana ini, seharusnya tidak dipertimbangkan sebagai sebuah rujukan internasional bagi perundingan,” ujar Abbas tentang usul Amerika itu.

“Ini merupakan rencana pencegahan yang dilakukan Israel-Amerika untuk mengakhiri masalah Palestina.”

BACA JUGA: Ungkap Rencana Perdamaian Timur Tengah, Trump dan Netanyahu Sebut ‘Perjanjian Abad Ini’

Dalam pidato yang berapi-api selama 35 menit di ruang Dewan Keamanan PBB yang dipadati para diplomat, Abbas menunjukkan kemarahannya pada wilayah yang diusulkan sebagai negara Palestina di masa depan. Abbas memegang sebuah peta dan mengatakan ini tampak seperti “keju Swiss.” Keju Swiss adalah sejenis keju yang penuh lubang-lubang.

“Siapa di antara Anda yang akan menerima negara dan kondisi seperti ini?” tanyanya.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menunjukkan peta wilayah Palestina yang terus mengecil dalam pidato di depan DK PBB, hari Selasa (11/2).

Berdasarkan usul perdamaian yang diajukan Amerika itu, Trump mengatakan Palestina akan memiliki luas wilayah yang “dua kali lipat,” tetapi harus menyerahkan sekitar sepertiga Tepi Barat kepada Israel agar memiliki perbatasan di timur. Sebagai gantinya, pemerintah Amerika mengusulkan agar Palestina mengambil dua bidang tanah terpisah di gurun Negev.

“Rencana ini tidak akan membawa perdamaian atau stabilitas ke kawasan itu, dan oleh karena itu kami tidak akan menerima rencana ini. Kami akan menentang penerapan rencana ini di lapangan,” tegasnya.

Sementara soal insentif ekonomi bernilai 50 miliar dolar yang ada dalam usul perdamaian itu, Abbas mengatakan harus ada solusi politik sebelum solusi ekonomi.

Abbas: Amerika Tidak Lagi Bisa Jadi Satu-Satunya Mediator

Pemimpin Palestina itu mengatakan Amerika tidak lagi bisa menjadi satu-satunya mediator dalam isu Timur Tengah. Ia menyerukan dilangsungkannya konferensi internasional yang akan menghidupkan kembali “Kuartet Timur Tengah” yang terdiri dari Amerika, Rusia, Uni Eropa dan PBB.

“Dalam saat bersejarah ini, saya sekali lagi ingin mengulurkan tangan untuk perdamaian, sebelum kita menyia-nyiakan kesempatan final ini. Saya berharap dapat menemukan mitra nyata di Israel,” ujarnya.

BACA JUGA: Palestina Tolak Rencana Perdamaian Timur Tengah Usulan Trump

Abbas mengatakan ia siap memulai perundingan di bawah sponsor kuartet Timur Tengah dan berdasarkan parameter yang disepakati secara internasional.

“Saya serius! Saya siap datang ke PBB dan memulai kembali perundingan ini segera,” tegasnya.

Israel: Presiden Abbas Gunakan “Lip Service”

Utusan Khusus Israel Untuk PBB Danny Danon menuduh Abbas menggunakan “lip service” untuk pembicaraan damai.

“Jika Presiden Abbas serius tentang perundingan, ia tidak akan berada di sini hari ini. Ia akan berada di Yerusalem atau di Washington dan duduk dengan mitra negosiasinya,” ujar Danon kepada Dewan Keamanan PBB.

“Tetapi Presiden Abbas tidak serius tentang perundingan atau perdamaian; sebaliknya ia melakukan apa yang selalu dilakukannya, yaitu datang ke sini untuk mengalihkan perhatian dari keengganannya melakukan perundingan, untuk duduk dan berbicara,” tambahnya.

Danon meningkatkan serangannya dengan menyerukan supaya Abbas mengundurkan diri. [em/ii]

BACA JUGA: Indonesia Konsisten Dorong Solusi 2 Negara dalam Konflik Palestina-Israel