Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan mendarat di China pada Rabu (5/4). Mereka berupaya untuk “mengatur ulang” hubungan dengan mitra ekonomi penting mereka itu sambil membahas isu-isu pelik seperti Ukraina dan risiko perdagangan.
Macron terakhir kali mengunjungi China pada 2019. Ini akan menjadi lawatan pertama von der Leyen ke China sejak menjadi presiden Komisi Eropa tahun itu.
Bagi Macron, yang sedang menghadapi protes di dalam negeri soal pensiun, kunjungan ini memberinya kesempatan untuk mendapatkan beberapa keuntungan ekonomi karena ia melakukan perjalanan bersama dengan delegasi beranggotakan 50 pebisnis, termasuk perwakilan Airbus, yang sedang merundingkan pesanan pesawat besar, Alstom, produsen peralatan kereta, dan perusahaan nuklir raksasa EDF.
Li Yong, kepala peneliti D and C Think Tank yang berbasis di Beijing meyakini bahwa pihak Prancis mengirim sinyal jelas mengenai niatnya untuk meluaskan kerja sama ekonomi dengan China lewat kunjungan itu.
BACA JUGA: UE: China Tak Boleh Beri Dukungan Militer Untuk Invasi Rusia di Ukraina“Saya pikir komunitas bisnis atau perusahaan yang mengikuti kunjungan ini merupakan sinyal bahwa tujuan kunjungan ini bukan sekadar untuk agenda lain, tetapi juga mengenai kerja sama perdagangan ekonomi. Dan bukti untuk itu adalah kunjungan ke Guangzhou, salah satu tempat yang paling intensif perdagangannya di Tongkok. Dan semua itu menurut saya mengindikasikan satu arah, yakni keinginan dan harapan untuk lebih jauh lagi meluaskan hubungan investasi ekonomi,” katanya.
Di luar perdagangan, Macron dan von der Leyen telah mengatakan mereka ingin membujuk China agar menggunakan pengaruhnya pada Rusia untuk mewujudkan perdamaian di Ukraina, atau setidaknya mencegah Beijing memberi dukungan langsung bagi sekutunya itu.
Macron telah menyatakan ia juga ingin menekankan kepada pemimpin China Xi Jing Ping bahwa Eropa tidak setuju China menyediakan senjata untuk Rusia. Macron dan von der Leyen dijadwalkan bertemu Xi pada hari Kamis.
Kedua pemimpin itu diperkirakan akan menggaungkan pesan bahwa Xi juga harus berbicara kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. [uh/ab]