Presiden Prancis Rombak Kabinet

Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba untuk menghadiri rapat kabinet pertama dengan para menteri baru di Istana Elysee di Paris, Prancis 4 Juli 2022. (Foto: via Reuters)

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (11/1) mencopot menteri luar negerinya, tetapi tetap mempertahankan jabatan sejumlah tokoh penting. Perombakan tersebut membuat kabinetnya menjadi lebih condong ke sayap kanan dan membuat seluruh kementerian kunci berada di tangan pria.

Perombakan itu dilakukan menyusul penunjukan Gabriel Attal yang berusia 34 tahun sebagai perdana menteri pada pekan lalu, sebuah langkah yang diharapkan Macron akan memberikan semangat baru bagi kepresidenannya.

Sekretaris Jenderal Partai Renaisans pimpinan Macron Stephane Sejourne, 38 tahun, diangkat menjadi menteri luar negeri menggantikan Catherine Colonna, meskipun sejumlah menteri kunci, termasuk Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin dan Menteri Keuangan Bruno Le Maire, tak berubah.

Bertahannya Menteri Pertahanan Sebastien Lecornu menjadikan semua kementerian tertinggi Prancis berada di tangan laki-laki, menyusul mundurnya Elisabeth Borne sebagai perdana menteri pada pekan lalu.

Gabriel Attal, berjalan keluar usai rapat kabinet mingguan, di Istana Elysee, Paris, Rabu, 11 Mei 2022. (Foto: AP)

Sejourne diketahui menjalin hubungan dengan Attal, perdana menteri gay pertama di Prancis. Namun hubungan mereka kini diyakini telah berakhir.

Rachida Dati, 58 tahun, seorang menteri kehakiman di bawah pemerintahan mantan presiden Nicolas Sarkozy dan anggota partai oposisi sayap kanan Partai Republik, diangkat menjadi menteri kebudayaan, sebuah penunjukan yang mengejutkan.

Menteri Olahraga Amelie Oudea-Castera, 45 tahun, mantan juara tenis Prancis yang menghadapi tugas besar mengawasi Olimpiade pada musim panas ini di Paris, kini akan mengepalai kementerian baru yang menggabungkan olahraga dan pendidikan, bekas departemen yang dipimpin Attal.

“Apa yang saya inginkan adalah aksi, aksi, aksi” dan “hasil, hasil, hasil,” kata Attal kepada televisi TF1. Ia memuji “energi” para menterinya yang menurutnya “berkomitmen 200 persen untuk memenuhi harapan Prancis.”

BACA JUGA: Macron Bersikeras Loloskan RUU Imigrasi di Tengah Penolakan  

Attal mengatakan dia akan memenuhi janji Macron untuk memotong pajak bagi kelas menengah.

Penunjukan tersebut sepertinya menandakan adanya perubahan dalam pemerintahan Macron. Pemerintahan Macron dikenal sebagai pemerintahan yang memiliki kecenderungan politik yang moderat atau tengah.

Ketika Macron berkuasa pada 2017, pemerintahannya memadukan tokoh-tokoh sayap kanan dan kiri. Namun kabinet barunya banyak diisi oleh nama-nama sayap kanan.

Menurut saluran berita Perancis BFM TV, dari 14 menteri yang disebutkan, 8 diantaranya berasal dari sayap kanan.

Penunjukan Attal dan restrukturisasi kabinet dianggap krusial oleh Macron untuk memulai kembali pemerintahannya menjelang pemilihan umum Eropa pada Juni 2024. Kelompok sayap kanan di bawah bimbingan Marine Le Pen, yaitu Jordan Bardella yang berusia 28 tahun, berhasil memimpin dalam jajak pendapat.

Mantan perdana menteri Prancis Elisabeth Borne berpose di taman Hôtel de Matignon, kediaman resmi Perdana Menteri Prancis, pada 31 Mei 2022 di Paris. (Foto: AFP)

Para menteri kabinet juga sangat menyadari bahwa Macron tidak dapat mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden 2027 yang akan mewakili peluang terbaik Le Pen untuk merebut Elysee.

Ketika ditanya tentang ambisinya sebagai presiden, Attal berkata, "Bukan tahun 2027, yang menarik bagi saya adalah 2024."

Media Prancis mengatakan bahwa usia Attal dan kurangnya pengalaman membuat dia harus menghadapi situasi politik rumit yang dihuni oleh “buaya” yang kurang senang dengan penunjukkannya.

Le Maire dan Darmanin dikabarkan keberatan dengan penunjukan Attal sebagai perdana menteri termuda Prancis, meski keduanya membantah keras hal tersebut. [ah]