Para pemimpin di kawasan Afrika Tengah menyatakan presiden Republik Afrika Tengah telah bersedia mengundurkan diri, setelah kekacauan dan kekerasan maut antargolongan selama berbulan-bulan di negaranya.
Pengunduran diri Michel Djotodia diumumkan hari Jumat setelah KTT dua hari 10 negara yang tergabung dalam Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Tengah (ECCAS) di Chad.
Pernyataan itu juga menyebutkan Perdana Menteri Nicolas Tiengaye akan mengundurkan diri. Belum ada pernyataan dari Djotodia, yang datang ke ibukota Chad, N’djamena, untuk mengikuti KTT tersebut.
Pemerintah Djotodia telah membantah laporan bahwa para pemimpin regional akan memanfaatkan KTT tersebut untuk mendesaknya agar mengundurkan diri.
Namun, beberapa anggota ECCAS diberitakan frustrasi dengan upaya-upaya presiden Afrika Tengah itu untuk mengatasi kekerasan yang telah menewaskan seribu orang lebih dan menelantarkan lebih dari 900 ribu lainnya.
Reporter Nick Long yang berada di ibukota Republik Afrika Tengah, Bangui, mengatakan kepada VOA bahwa rakyat bersorak-sorai sewaktu mendengar kabar pengunduran diri presiden itu.
Nick Long juga melaporkan mendengar suara tembakan gencar di kota itu, tetapi mengatakan, asal tembakan itu tidak jelas.
Amnesty International menyerukan peningkatan jumlah petugas penjaga perdamaian di Republik Afrika Tengah. Organisasi HAM itu memperingatkan pengunduran diri Presiden bisa menimbulkan serangan oleh milisi Kristen terhadap penduduk Muslim, dan serangan balasan oleh bekas pemberontak Seleka.
Pernyataan itu juga menyebutkan Perdana Menteri Nicolas Tiengaye akan mengundurkan diri. Belum ada pernyataan dari Djotodia, yang datang ke ibukota Chad, N’djamena, untuk mengikuti KTT tersebut.
Pemerintah Djotodia telah membantah laporan bahwa para pemimpin regional akan memanfaatkan KTT tersebut untuk mendesaknya agar mengundurkan diri.
Namun, beberapa anggota ECCAS diberitakan frustrasi dengan upaya-upaya presiden Afrika Tengah itu untuk mengatasi kekerasan yang telah menewaskan seribu orang lebih dan menelantarkan lebih dari 900 ribu lainnya.
Reporter Nick Long yang berada di ibukota Republik Afrika Tengah, Bangui, mengatakan kepada VOA bahwa rakyat bersorak-sorai sewaktu mendengar kabar pengunduran diri presiden itu.
Nick Long juga melaporkan mendengar suara tembakan gencar di kota itu, tetapi mengatakan, asal tembakan itu tidak jelas.
Amnesty International menyerukan peningkatan jumlah petugas penjaga perdamaian di Republik Afrika Tengah. Organisasi HAM itu memperingatkan pengunduran diri Presiden bisa menimbulkan serangan oleh milisi Kristen terhadap penduduk Muslim, dan serangan balasan oleh bekas pemberontak Seleka.