Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta semua pihak memulihkan keamanan di Lampung, dan tidak hanya menyerahkannya pada pihak polisi dan TNI.
Dalam keterangan persnya di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (30/10), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyesalkan aksi-aksi kekerasan horizontal yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini, termasuk aksi tawuran antar kelompok warga di Lampung yang menyebabkan 10 orang tewas.
“Saya menyoroti dan menyesalkan munculnya sejumlah aksi kekerasan horizontal yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia tahun-tahun terakhir ini. Dan yang terakhir ada di Lampung,” ujar Presiden Yudhoyono sebelum berangkat ke Inggris untuk urusan kenegaraan.
Presiden menegaskan, masalah keamanan merupakan tanggung jawab semua pihak, yang diharapkan tidak hanya menyerahkan ke aparat keamanan baik Kepolisian maupun Tentara Nasional Indonesia (TNI).
“Saya menyerukan semua pihak agar ikut bertanggung jawab. Semua pihak peduli, dan semua pihak bekerja. Jangan hanya menyerahkan kepada aparat kepolisian dan komando teritorial TNI. Hanya dengan cara itu, kita bisa lebih optimal dan lebih efektif,” jelasnya.
Sementara itu, situasi di kawasan Kalianda,Lampung Selatan tempat terjadi bentrokan warga saat ini sudah aman. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Lampung AKBP Sulistyaningsih mengatakan polisi telah mengamankan 1.200 orang dari desa Bali Nuraga ke Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara (SPN) Kepolisian Daerah Lampung dengan penjagaan ketat.
“[Situasi] sudah kondusif di Bali Nuraga. Sekarang warga Bali Nuraga sudah dievakuasi ke SPN Kemiling Polda Lampung. Kita masih lihat situasi di sana. Saat ini kita sedang melakukan pendataan dan mendirikan dapur umum. Mereka kita ungsikan sementara sambil menunggu situasi benar-benar aman,” ujar Sulistyaningsih.
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola, kepada VOA mengritik pola pendekatan dan penyelesaian konflik di Lampung oleh aparat kemanan dan pemerintah daerah, yang menurutnya hanya bersifat sementara, tanpa memikirkan ke depannya seperti apa.
“Sebetulnya tidak hanya pendekatan yang tidak tepat, tapi juga strategi dan pendalaman masalah yang tidak tuntas. Sehingga penanganannya hanyalah sebatas penghentian kekerasan,” ujar Thamrin.
Menurutnya, letupan kekerasan di permukaan itu dipicu masalah dan sentimen-sentimen sosial tertentu. Masalah sosial itu berupa pola-pola pemukiman yang terpisah satu dari yang lain, kata Thamrin.
“Di Lampung juga begitu, yang terlibat dalam aksi kekerasan ini antara pendatang orang Bali dengan yang non-Bali di Lampung. Itu ada hubungannya dengan pola transmigrasi dan pola tansmigrasi spontan. Yang kemudian tiap kelompok bermukim secara terpisah satu sama lain.”
Penghentian kekerasan, menurut Thamrin, adalah jangka pendek, tapi yang jauh lebih penting pembenahan wadah-wadah sosial yang terpisah dan penghilangan kebijakan yang memarginalkan kelopompok tertentu.
Bentrok antar warga di Lampung Selatan terjadi dalam dua hari terakhir ini. Tawuran bermula saat dua orang gadis asal desa Agom yang sedang mengendarai sepeda motor diganggu pemuda asal desa Bali Nuraga sehingga terjatuh dan mengalami luka-luka. Sepuluh orang tewas dalam bentrokan itu, sejumlah warga dari kedua kelompok terluka, dan beberapa rumah dibakar massa.
“Saya menyoroti dan menyesalkan munculnya sejumlah aksi kekerasan horizontal yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia tahun-tahun terakhir ini. Dan yang terakhir ada di Lampung,” ujar Presiden Yudhoyono sebelum berangkat ke Inggris untuk urusan kenegaraan.
Presiden menegaskan, masalah keamanan merupakan tanggung jawab semua pihak, yang diharapkan tidak hanya menyerahkan ke aparat keamanan baik Kepolisian maupun Tentara Nasional Indonesia (TNI).
“Saya menyerukan semua pihak agar ikut bertanggung jawab. Semua pihak peduli, dan semua pihak bekerja. Jangan hanya menyerahkan kepada aparat kepolisian dan komando teritorial TNI. Hanya dengan cara itu, kita bisa lebih optimal dan lebih efektif,” jelasnya.
Sementara itu, situasi di kawasan Kalianda,Lampung Selatan tempat terjadi bentrokan warga saat ini sudah aman. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Lampung AKBP Sulistyaningsih mengatakan polisi telah mengamankan 1.200 orang dari desa Bali Nuraga ke Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara (SPN) Kepolisian Daerah Lampung dengan penjagaan ketat.
“[Situasi] sudah kondusif di Bali Nuraga. Sekarang warga Bali Nuraga sudah dievakuasi ke SPN Kemiling Polda Lampung. Kita masih lihat situasi di sana. Saat ini kita sedang melakukan pendataan dan mendirikan dapur umum. Mereka kita ungsikan sementara sambil menunggu situasi benar-benar aman,” ujar Sulistyaningsih.
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola, kepada VOA mengritik pola pendekatan dan penyelesaian konflik di Lampung oleh aparat kemanan dan pemerintah daerah, yang menurutnya hanya bersifat sementara, tanpa memikirkan ke depannya seperti apa.
“Sebetulnya tidak hanya pendekatan yang tidak tepat, tapi juga strategi dan pendalaman masalah yang tidak tuntas. Sehingga penanganannya hanyalah sebatas penghentian kekerasan,” ujar Thamrin.
Menurutnya, letupan kekerasan di permukaan itu dipicu masalah dan sentimen-sentimen sosial tertentu. Masalah sosial itu berupa pola-pola pemukiman yang terpisah satu dari yang lain, kata Thamrin.
“Di Lampung juga begitu, yang terlibat dalam aksi kekerasan ini antara pendatang orang Bali dengan yang non-Bali di Lampung. Itu ada hubungannya dengan pola transmigrasi dan pola tansmigrasi spontan. Yang kemudian tiap kelompok bermukim secara terpisah satu sama lain.”
Penghentian kekerasan, menurut Thamrin, adalah jangka pendek, tapi yang jauh lebih penting pembenahan wadah-wadah sosial yang terpisah dan penghilangan kebijakan yang memarginalkan kelopompok tertentu.
Bentrok antar warga di Lampung Selatan terjadi dalam dua hari terakhir ini. Tawuran bermula saat dua orang gadis asal desa Agom yang sedang mengendarai sepeda motor diganggu pemuda asal desa Bali Nuraga sehingga terjatuh dan mengalami luka-luka. Sepuluh orang tewas dalam bentrokan itu, sejumlah warga dari kedua kelompok terluka, dan beberapa rumah dibakar massa.