Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan diberlakukannnya kembali hukuman mati akan memenuhi keinginan mayoritas rakyat Turki. Dalam rapat umum hari Minggu di Gaziantep, kota di Turki tenggara, Erdogan mengatakan kepada ratusan orang, pernyataannya juga diarahkan ke anggota parlemen Turki.
Erdogan, yang datang ke Gaziantep untuk menyampaikan belasungkawa kepada keluarga 54 orang yang tewas akhir pekan lalu dalam acara pernikahan orang Kurdi, telah mendesakkan diberlakukannya lagi hukuman mati setelah kudeta yang gagal terhadapnya bulan lalu.
Seruan Erdogan untuk memberlakukan kembali hukuman mati semakin sering sejak upaya kudeta 15 Juli sementara ia melakukan pembersihan besar-besaran terhadap orang-orang yang dicurigai ikut dalam upaya kudeta. Pembersihan itu umumnya menarget anggota militer, polisi dan dinas intelijen, wartawan, dan akademisi yang ikut dalam gerakan terlarang yang dipimpin ulama Fethullah Gulen, yang bermukim di Amerika. Puluhan ribu orang ditangkap atau dipecat dari pekerjaan.
Amnesty International mendesak Erdogan agar menahan diri dalam mendesakkan pelaksanaan hukuman mati di negara itu untuk pertama kalinya sejak tahun 2004. Organisasi HAM itu "khawatir" akan seruannya bagi hukuman mati, yang dinilai organisasi itu sebagai saran yang jelas bahwa hukuman mati akan digunakan untuk menghukum mereka yang bertanggungjawab atas upaya kudeta.
Lebih dari 200 orang tewas dalam kudeta yang gagal, sebagian dari mereka oleh tentara yang membelot dan menembaki warga sipil yang turun ke jalan untuk menghentikan kudeta itu. [ka/ii]