Presiden Uzbekistan Islam Karimov tidak bisa mengikuti perayaan Hari Kemerdekaan negara itu, Kamis (1/9), karena masih terbaring di rumah sakit akibat stroke.
Sebagai gantinya, seorang penyiar TV pemerintah membacakan pidatonya. Dalam pidato itu Karimov mengimbau rakyat untuk terus melangkah maju karena kemerdekaan memberi mereka kehidupan yang bebas dan makmur.
Serangan stroke yang mendadak dan perawatan di rumah sakit yang dialami satu-satunya presiden Uzbekistan sejak kemerdekaaan itu, menciptakan suasana kelam di negara tersebut. Negara di Asia Tengah itu sedang memperingati 25 tahun kemerdekaan sejak memisahkan diri dari Uni Soviet.
Karena ketidakhadiran Karimov, perayaan Hari Kemerdekaan dipimpin PM Shavkat Mirziyayev, yang kemungkinan menjadi penggantinya. Sebuah konser musik yang biasa dihadiri presiden pada perayaan hari kemerdekaan telah dibatalkan.
Pihak berwenang Uzbekistan membantah laporan bahwa Karimov sudah meninggal dunia. Salah satu putri Karimov mengatakan, Rabu, ayahnya berada dalam kondisi stabil di rumah sakit.
Karimov telah memimpin Uzbekistan dengan tangan besi sejak 1989, sebelum UNI Soviet terpecah. Ia banyak dikecam karena menggunakan hukum dan pengadilan untuk menindas saingan politik, aktivis dan media, serta memaksa jutaan orang bekerja di ladang-ladang kapas. [ab/lt]