Kepolisian India mengatakan mereka berencana menuntut seorang pria yang diduga menciptakan sebuah aplikasi yang menampilkan foto-foto dan data pribadi lebih dari 80 perempuan Muslim untuk “dilelang” secara online.
Kepolisian Delhi membuat pengumuman itu pada Minggu (11/12) setelah Letnan Gubernur Delhi Vinai Kumar Saxena memberi izin untuk melanjutkan persidangan terhadap terdakwa Aumkareshwar Thakur, 25 tahun, di pengadilan.
Dengan menggunakan akun Twitter, Thakur menciptakan aplikasi open-source bernama “Sulli Deals” – yang dihosting di platform web GitHub pada Juli 2021 – dan mengunggah profil perempuan-perempuan Muslim untuk “dijual” atau “dilelang.”
“Sulli” adalah kata hinaan dalam bahasa gaul Hindi yang terkadang digunakan oleh kelompok Hindu sayap kanan untuk mengolok-olok perempuan Muslim.
Dibuat sebagai lelucon, aplikasi buatan Thakur tidak benar-benar mengizinkan adanya transaksi apa pun, namun menjadi ajang untuk menghina dan mempermalukan perempuan Muslim. Menurut dokumen persidangan, Thakur mengumpulkan foto-foto perempuan yang tersedia secara publik – termasuk foto wartawan, aktivis, peneliti, seniman dan kritikus kegiatan kelompok Hindu sayap kanan di bawah pemerintahan Narendra Modi – dan kemudian membuat profil perempuan-perempuan itu untuk diunggah sebagai “obral hari ini.”
Pada Januari lalu, Thakur, yang seorang teknisi komputer, ditangkap di kota Indore, India tengah, oleh Kepolisian Delhi dan didakwa dengan kejahatan “yang dilakukan terhadap negara,” yang memerlukan izin khusus dari pemerintah untuk diadili.
Setelah Sulli Deals mengemuka di dunia maya tahun lalu, “Bulli Bai” – aplikasi lainnya yang mirip dengan Sulli Deals dan memiliki nama yang sama ofensifnya, yang dihosting juga di GitHub dengan foto-foto lebih dari 100 perempuan Muslim – muncul di dunia maya pada Januari lalu.
Kedua aplikasi itu lantas dihapus tak lama setelah memicu protes nasional. Investigasi awal polisi menemukan bukti bahwa pengembangan kedua aplikasi itu sebagiannya dipengaruhi oleh ideologi Hindu sayap kanan.
Thakur belum secara resmi dikaitkan dengan organisasi Hindu sayap kanan mana pun, yang banyak di antaranya terhubung secara nasional, dan tidak ada kelompok Hindu yang secara terbuka mendukung terdakwa.
Setelah Kepolisian Delhi menangkap Thakur Januari lalu, pelapor khusus PBB untuk isu-isu minoritas, Fernand de Varennes, berusaha menuntut mereka yang ada di balik aplikasi-aplikasi itu.
“Perempuan minoritas Muslim di India dilecehkan dan ‘dijual’ di aplikasi media sosial, #SulliDeals. Itu adalah bentuk ujaran kebencian, dan harus dikutuk dan dituntut segera setelah itu terjadi,” cuit Varennes pada bulan Januari. “Semua hak asasi kelompok minoritas harus dilindungi secara penuh dan setara.”
Hana Khan, pilot komersial yang berbasis di Delhi, terkejut melihat dirinya terpampang di aplikasi Sulli Deals pada tahun lalu.
“Saya tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata betapa terkejut dan marahnya saya melihat diri saya ditampilkan di Sulli Deals. Saya rasa saya tidak pernah merasa semarah ini dalam hidup saya. Saya tidak akan pernah bisa percaya seseorang bisa melakukan sesuatu seperti membagikan diri saya di aplikasi online sebagai ‘Rasa bulan ini,’” kata Khan, 32 tahun, kepada VOA.
“Saya hidup dengan amarah dan trauma itu selama berbulan-bulan,” tambahnya. “Saya tidak pernah mengatakan atau menuliskan apa pun untuk mengkritik nasionalis Hindu. Tapi mereka justru menyasar saya hanya karena saya seorang Muslim.” [rd/ka]