Pria Irak Ditembak di Texas, Warga Berkabung

Iraqi Ahmed al-Jumaili, 36, was killed three weeks after arriving in Texas to reunite with his wife. (Photo courtesy of the Dallas Police Department)

Sekelompok warga berkumpul untuk menyatakan belasungkawa mereka atas tewasnya seorang pria Irak di kota Dallas, Texas, Minggu (9/3). Ahmed al-Jumaili, 36 tahun, ditembak Kamis dini hari, saat mengambil foto salju yang turun di luar kompleks apartemennya.

Para warga berkumpul selama 15 menit, mengajak para anggota komunitas setempat untuk "membungkam kekerasan."

Sesaat lewat tengah malam, Kamis (5/3), Ahmed, isterinya, dan saudara lelaki iparnya berlari keluar dari apartemennya saat salju mulai turun di Dallas, di negara bagian di selatan ini. Ahmed seumur-umur belum pernah merasakan salju sebelumnya.

Namun tak lama kemudian, sebuah tembakan terdengar dari arah sekelompok pria. Ahmed berseru, "Saya kena tembak!"

Darah Ahmed bertetesan di atas salju saat isteri dan iparnya menyeretnya kembali ke apartemen mereka. Harian setempat, Dallas Morning News, melaporkan Ahmed al-Jumaili meninggal dunia di RS Texas Health Presbyterian. Ia disemayamkan di sebuah masjid di Dallas, dan dimakamkan Sabtu.

Sejak peristiwa tersebut, polisi Dallas telah meningkatkan jumah patroli sambil terus mencari dua dari empat pria muda yang belum diidentifikasi, namun terlihat dalam video CCTV hitam putih yang dipasang di situs dan kanal YouTube Kepolisian Dallas.

"Tidak peduli siapapun Anda," ujar tetangga dari apartemen sebelah al-Jumaili kepada kantor berita Associated Press, "sangat menyedihkan bagi saya untuk mengetahui bahwa kekerasan seperti itu terjadi di depan pintu Anda."

Banyak imigran tinggal di kompleks apartemen tersebut. Polisi setempat belum menepis kemungkinan ini merupakan kejahatan yang bermotif kebencian, atau bahwa al-Jumaili merupakan korban penembakan yang salah sasaran, menurut harian Dallas Morning News.

Lembaga hubungan Islam setempat, Council on American-Islamic Relations mengatakan kepada harian tersebut, berdasarkan pernyataan dari para saksi, ia tidak percaya bahwa ini merupakan kejahatan berdasarkan kebencian. CAIR terlibat dalam kasus ini karena "meningkatnya kewaspadaan akan kejahatan berdasarkan kebencian terhadap Muslim," ujar direktur eksekutif CAIR cabang Dallas dan Forth Worth kepada CNN.

Salem mengatakan kepada CNN bahwa ada "rasa sakit hati mendalam... dan rasa sedih yang luar biasa atas tewasnya pria ini yang baru datang ke negara ini 20 hari lalu."

Ahmed tiba di Dallas untuk berkumpul kembali dengan isterinya dan untuk melarikan diri dari kekerasan yang berlangsung di Irak, menurut laporan-laporan media. Ia bertahan di Baghdad, di tempat tinggal ibunya, selama setahun setelah isteri mengungsi ke Amerika. Di Baghdad, Ahmed terus bekerja di beberapa tempat dan menabung, menurut harian Dallas Morning News.

Salem mengatakan kepada Dallas Morning News, keluarga al-Jumaili tidak lagi ingin berbicara kepada media. Isteri Ahmed al-Jumaili, ujar Salem, "sangat terpukul."

Polisi, keluarga dan kerabat meminta mereka yang memiliki informasi mengenai penembakan ini untuk mengontak pihak berwenang. Sebuah kelompok lokal menawarkan imbalan $5.000 bagi mereka yang dapat menyediakan informasi untuk menangkap pelaku penembakan.

Sebagian informasi bagi laporan ini berasal dari Associated Press.