Sekelompok produsen panel surya AS meminta hari Kamis (15/8) Departemen Perdagangan untuk mempertimbangkan pungutan bea masuk yang berlaku retroaktif terhadap Vietnam dan Thailand karena melonjaknya impor dari kedua negara itu. Vietnam dan Thailand sedang menghadapi penyelidikan atas dugaan praktik yang tidak adil dalam perdagangan bernilai miliaran dolar itu.
Pada Mei lalu, Departemen Perdagangan memulai investigasi terkait panel dan sel-sel surya silikon buatan Vietnam, Thailand, Malaysia dan Kamboja. Sekelompok produsen AS menuduh produk-produk itu dijual di AS dengan harga sangat rendah dan memanfaatkan subsidi dari China, tempat banyak produsen membangun pabrik mereka di kawasan itu.
Keempat negara di Asia Tenggara itu menyumbang hampir 80% dari impor AS tahun lalu dalam hal nilai dolarnya, menurut data perdagangan AS yang ditinjau Reuters.
Presiden AS Joe Biden telah berjanji akan merevitalisasi industri manufaktur Amerika dengan memberikan insentif bagi produksi domestik barang-barang untuk membantu memerangi perubahan iklim, termasuk panel surya dan baterai kendaraan listrik yang sebagian besar dibuat di China.
Sebagian dari sektor manufaktur panel surya AS yang kecil itu mengatakan, industri tersebut kesulitan dalam bersaing dengan produk impor yang harganya murah.
BACA JUGA: Amerika Bertekad Pertahankan Tarif ImporSementara spekulasi mengenai penyelidikan perdagangan mulai beredar tahun ini, ekspor dari Vietnam dan Thailand melonjak, kata American Alliance for Solar Manufacturing Trade Committee dalam dokumen pengaduan ke Departemen Perdagangan. Laporan ini menyusul petisi aliansi itu sebelumnya pada bulan April untuk memulai penyelidikan dagang. Organisasi ini mewakili para produsen domestik, di antaranya Hanwha Qcells dan First Solar.
Penyelidikan ini dapat menyebabkan penerapan tarif yang tinggi paling cepat Juni, jika para pejabat federal AS mengukuhkan praktik-praktik perdagangan yang tidak adil dalam penentuan pendahuluan yang dijadwalkan pada Oktober awal, dan menegakkan penerapan bea masuk secara retroaktif yang berlaku 90 hari sebelum keputusan mereka.
Kementerian perdagangan Vietnam dan Thailand tidak membalas permintaan komentar.
Tarif baru dapat sangat merugikan Vietnam, yang berisiko menghadapi bea masuk tertinggi karena dianggap AS sebagai ekonomi nonpasar. Status itu biasanya mengarah pada sanksi-sanksi yang lebih keras karena penetapan harga domestik yang tidak dapat diprediksi, kata para pakar perdagangan.
Perkiraan kesenjangan antara harga domestik dan harga ekspor, dikenal sebagai margin dumping, di Vietnam diperkirakan AS lebih dari 270% dengan menggunakan acuan Indonesia. Angka itu lebih dari tiga kali lipat margin Thailand. Margin yang lebih besar kemungkinan besar akan menyebabkan tarif yang lebih tinggi, jika disetujui, kata para pakar.
Dalam pengaduan terbaru mereka, para produsen AS mengatakan volume impor panel surya dari Vietnam dan Thailand naik 39% dan 17% pada kuartal kedua dibandingkan dengan kuartal pertama, karena kedua negara itu dituduh meningkatkan ekspor ke AS sebelum berpotensi dikenai bea masuk.
Langkah semacam itu dianggap sebagai “situasi kritis,” kata para produsen AS. Departemen Perdagangan dan Komisi Perdagangan Internasional harus menemukan adanya “situasi kritis” itu sebelum bea masuk dapat diberlakukan secara retroaktif. [uh/lt]