Produsen Film Hollywood Tunduk pada Sensor China

Film "Christopher Robin" dilarang di China karena tokoh utamanya "Winnie the Pooh" adalah ejekan bagi Presiden Xi Jinping (ilustrasi).

Laporan yang baru diterbitkan mengatakan perusahaan film Hollywood telah menyensor sendiri film-film buatannya supaya jangan kehilangan pasar yang besar di China.

Laporan sepanjang 94 halaman yang dikeluarkan oleh Lembaga kebebasan Pen America mengatakan, praktik itu memungkinkan China secara efektif mempengaruhi bagaimana film-film Hollywood dibuat untuk konsumsi dunia.

Para pejabat penting perusahaan film Amerika semakin banyak yang membuat keputusan tentang pemasaran film mereka supaya jangan membuat marah para pejabat China.

BACA JUGA: Disney Siap Garap Film Soal Idul Fitri

Kata lapoan tadi, para pembuat film dan sutradara Hollywood bahkan ada yang mengundang pejabat sensor film China untuk datang ke studio guna memberi petunjuk “spaya film-film mereka jangan ditolak oleh sensor China.”

Laporan itu menyimpulkan bahwa membuat senang para investor China dan para petugas sensornya telah menjadi ”cara kerja baru para pembuat film di Hollywood.”

China, dengan penduduk lebih dari 1,4 milyar manusia adalah pasar film terbesar kedua setelah Amerika.

Penerbitan Hollywood Reporter melaporkan bahwa film-film Amerika meraup 2,6 milyar dolar dari penonton China tahun lalu. Film Avengers: Endgame saja mencatat pemasukan 629 juta dolar.

Tapi tidak semua film Amerika disambut baik di China. Film "Deadpool" buatan tahun 2016 misalnya dilarang oleh sensor China karena menunjukkan kekerasan dan adegan telanjang yang tidak bisa dipotong tanpa mengubah jalan ceritanya.

Dua tahun kemudian, film "Christopher Robin" juga dilarang karena tokoh utamanya Winnie the Pooh adalah karikatur yang banyak dipakai oleh warga internet China untuk mengejek Presiden Xi Jinping.

Guna menyenangkan para penyensor China, pembuat film Hollywood sering menambahkan aspek-asek yang menarik bagi warga China, bahkan mengubah jalan cerita dan menggunakan actor-aktor China sebagai pemain tambahan, kata laporan itu. [ii/pp]