Produsen Mobil Listrik Coba Piket Konsumen China dengan Berbagai Keunggulan

Vokswagen memamerkan mobil listrik SUV konsepnya, ID.ROOMZZ selama penyelanggaraan pameran otomotif Auto Shanghai 2019 di Shanghai, Selasa, 16 April 2019 (foto: AP Photo/Ng Han Guan)

Produsen-produsen kendaraan memamerkan mobil listrik jenis SUV dan sedan dengan kemampuan daya tempuh yang istimewa dan berbagai fitur mewah pada pameran otomotif di Shanghai, dengan mencoba untuk memikat para konsumen di China sebagai pasar terbesarnya setelah Beijing memotong subsidi yang telah mendorong peningkatan permintaan.

Para pemimpin komunis ingin China menjadi yang terdepan di bidang kendaraan listrik telah mendorong target penjualan. Kebijakan ini menuntut para produsen untuk menginvestasikan dananya dalam mencipatakan berbagai model agar dapat bersaing dengan kendaraan bertenaga bensin terkait harga, tampilan, dan kinerja di saat mereka bergumul degan anjloknya angka penjualan di China.

General Motors, Volkswagen, Geely serta merk-merk lain hari Selasa memamerkan lusinan model, dari model kendaraan SUV mewah hingga mobil-mobil kecil dengan harga di bawah $10.000, di pameran otomotif Auto Shanghai 2019. Pameran tersebut, adalah acara pemasaran industri global terbesar tahun ini, dibuka untuk umum hari Sabtu setelah sebelumnya kalangan media mendapat kesempatan untuk meliputnya.

Hari Senin, GM memamerkan merk mobil listrik Buick pertamanya yang diproduksi khusus untuk China. GM menyatakan Buick Velite 6 berpintu empat dapat menempuh jarak 301 kilometer sebelum baterai harus diisi ulang.

VW memamerkan konsep mobil SUV listrik, dengan nama yang tidak biasa, ID.ROOMZZ, dirancang untuk mampu menempuh jarak 450 kilometer dalam satu kali pengisian daya. Fitur-fitur yang ditawarkan antara lain kursi yang dapat berputar 25 derajat untuk menciptakan suasana seperti di ruang santai.

Para pemimpin komunis telah mempromosikan “kendaraan dengan energi baru” selama 15 tahun dengan menggelontrokan subsidi bagi para pengembang maupun pembeli. Kebijakan itu, selain juga dukungan termasuk perintah untuk perusahaan utilitas milik pemerintah untuk membangun pusat pengisian daya di seluruh China, telah membantu untuk mengubah teknologi ini menjadi produk yang mudah diperoleh.

“Pola pikir warga dan kebijakan pemerintah sangat mendukung terhadap perkembangan mobil listrik dibandingkan di negara manapun juga,” ujar Kepala Eksekutif VW, Herbert Diess.

Mobil listrik memainkan peranan penting dalam rencana Partai Komunis yang berkuasa untuk pengembangan yang dipimpin oleh pemerintah agar China dapat berkompetisi di tingkat global dalam bidang teknologi yang berkisar dari robotika hingga bioteknologi.

Semua ambisi itu telah memicu perang tarif dengan Presiden Donald Trump. Washington, Eropa, dan mitra-mitra dagang yang lain telah mengeluhkan subsidi yang digelontorkan China kepada para pengembang teknologinya dan tekanan terhadap perusahaan-perusahaan asing untuk berbagi pengetahuan yang dianggap melanggar komitmen pasar terbuka.

Subsidi mobil listrik akan berakhir tahun depan, dan menggantikannya dengan kuota penjualan. Para produsen kendaraan yang tidak dapat mencapai kuota tersebut dapat membeli kredit dari para pesaingnya yang melebihi target penjualan atau harus membayar denda.

“Sebagian besar dari produsen mobil tradisional berada di bawah tekanan berat untuk meluncurkan produk mobil listriknya,” ujar John Zeng seorang analis industri dari LMC Automotive.

Tahun lalu angka penjualan mobil listrik di China dan sedan serta SUV hibrida melambung 60% dibandingkan tahun 2017 menjadi 1,3 juta kendaraan, atau setengah dari total angka penjualan global. Di saat yang sama, pemasukan industri mengalami penurunan 4,1% dari total angka penjualan mobil di China menjadi 23,7 juta kendaraan.

Merosotnya angka penjualan tahun ini semakin memburuk. Angka penjualan di kuartal pertama mengalami kemerosotan 13,7% dibandingkan tahun lalu.

Meskipun begitu, China tetap menjadi pasar terbesar untuk produsen otomotif global, yang menyediakan insentif bagi mereka untuk bersinergi dengan ambisi Beijing untuk membuat semua kendaraan di negara itu bertenaga listrik. Total angka penjualan tahunan diperkirakan akan mencapai 30 juta, hampir dua kali lipat dibandingkan angka penjualan di AS yang mencapi 17 juta kendaraan.

Di bawah aturan baru yang dibuat Beijing, produsen kendaraan harus memperoleh kredit untuk penjualan mobil listrik yang setara paling tidak 10% dari pembelian tahun ini dan 12% pada tahun 2020. Kendaraan dengan jarak tempuh lebih panjang dapat memperoleh kredit dua kali lipat. Artinya beberapa produsen kendaraan dapat memenuhi kuotanya apabila 5% dari angka penjualannya adalah kendaraan listrik.

Sylphy Zero Emission, sebuah mobil listrik yang dirancang untuk China dipamerkan di stan Nissan selama Pameran Otomotif Auto Shanghai 2019, Shanghai, Selasa, 16 April 2019

Selain itu hari Selasa, Nissan Motor Co. dan mitra Chinanya memamerkan mobil Sylphy Zero Emission, sebuah mobil listrik murni yang dirancang untuk China. Berbasis pada Nissan Leaf, Sylphy yang berharga lebih murah akan mulai memasuki pasar pada bulan Agustus.

Mercedez Bens memamerkan mobil listrik pertamanya di China, EQC 400 SUV. Produsen kendaraan asal Jerman menyatakan mobilnya dapat menempuh jarak sejauh 400 kilometer dalam sekali pengisian daya dan dapat bergerak dari nol hingga 100 km/jam dalam waktu 5,2 detik.

Mercedes berencana merilis 10 model mobil listrik di seluruh dunia, dimana sebagian besar diproduksi di China menurut Hubertus Troska, salah satu anggota dewan direksi untuk China.

Beberapa produsen mobil listrik pesaing asal China telah menjual mobil listrik berharga murah setidaknya selama sepuluh tahun.

Produsen mobil listrik asal China, BYD Auto, merk mobil listrik global terbesar dari segi angka penjualan, memamerkan tiga model mobil listrik terbarunya bulan lalu. Seluruhnya menjanjikan kemampuan daya tempuh lebih dari 400 kilometer dalam sekali pengisian daya.

Pekan lalu, Geely Auto, memamerkan sebuah sedan di bawah merek mobil listriknya, Geometry, yang dipromosikan memiliki daya tempuh hingga 500 kilometer dalam sekali pengisian daya.

Perusahaan induk Geely, Geely Holding, meluncurkan usaha patungan dengan perusahaan induk Mercedes, Daimler AG, di bulan Maret untuk mengembangkan mobil listrik di bawah merk Smart. Geely Holding adalah pemegang saham mayoritas Daimler dan juga pemilik perusahaan Volvo asal Swedia.

Beijing berniat untuk memaksa produsen otomotif untuk mempercepat inovasi dan menyingkirkan produsen yang terlalu mengandalkan subsidi. Namun menteri teknologi mengakui pada bulan Januari bahwa China menghadapi masa transisi yang sulit dengan berakhirnya pembelanjaan.

Menjaga agar proses pengembangan mobil listrik tetap dalam jalurnya “akan merupakan sesuatu yang sulit,” ujar Miao Wei, menurut transkrip yang diperoleh dari situs web kementrian bersangkutan.

Pergeseran ini menciptakan peluang bagi produsen otomotif China yang tidak berpengalaman yang tertinggal dari pesaing-pesaing global lainnya dalam teknologi mesin bensin. Mereka hanya menguasai 10% pasar global untuk kendaraan berbahan bakar bensin namun menguasai 50% pangsa pasar mobil listrik.

Berakhirnya subsidi akan mengarah kepada perubahan dramatis, ujar Zeng dari LMC Automotive. Ia mengatakan kendaraan dengan daya tempuh jauh, model yang kaya fitur dari merk-merk global ternama akan mengalahkan produsen otomotif skala kecil yang tidak dapat bertahan tanpa mengandalkan subsidi.

Mobil listrik “akan jauh lebih bersaing,” ujar Zeng.

Dengan semakin terjangkaunya harga batere mobil dan komponen-komponen lainnya, analis industri mengatakan mobil listrik di China akan dapat bersaing dalam hal harga dengan mobil bensin dan lebih menguntungkan bagi industri manufaktur dalam jangka waktu kurang dari lima tahun.

Harga mobil listrik dibandrol lebih tinggi dibandingkan mobil bensin di China. Namun analis industri mengatakan pemilik mobil yang mengemudikan kendaraannya setidaknya 16.000 kilometer setahun akan dapat menghemat biaya dalam jangka panjang, karena biaya perawatan dan pengisian daya lebih terjangkau. [ww/fw]