Suara tembakan terdengar di luar markas besar militer Sudan di ibukota, Khartoum, Selasa (9/4), sementara demonstrasi untuk menggulingkan Presiden Omar al-Bashir memasuki hari ketiga berturut-turut.
Kelompok-kelompok besar demonstran telah berkumpul di luar kompleks itu sejak Sabtu untuk menyerukan diakhirinya 30 tahun pemerintahan otokratis al-Bashir. Menteri Dalam Negeri Bushara Juma, Senin (8/4) mengatakan sekitar 10 ribu demonstran berkumpul di luar markas besar itu hari Sabtu. Ini merupakan salah satu kerumunan massa terbesar sejak protes dimulai lebih dari tiga bulan silam.
Enam orang tewas di Khartoum ketika pasukan keamanan membubarkan para demonstran. Seorang lagi tewas di negara bagian Darfur dalam protes terkait, kata Juma.
Protes dimulai pada 19 Desember. Para demonstran menuduh pemerintah Bashir salah mengelola ekonomi sehingga menyebabkan harga pangan meroket naik, dan bahan bakar serta valuta asing langka.
Bashir memberlakukan keadaan darurat nasional pada 22 Februari dalam upaya menumpas protes setelah penindakan keras yang gagal. Pemerintah menyatakan beberapa pekan silam bahwa 31 orang telah tewas, tetapi kelompok Physicians for Human Rights memperkirakan korban tewas sedikitnya 60 orang.
Pemerintah terus memberlakukan langkah-langkah keras yang mengakibatkan penangkapan demonstran, pemimpin oposisi dan jurnalis. [uh]