Sekelompok demonstran dari kelompok oposisi di provinsi Abkhazia, yang memisahkan diri dari Georgia, telah menolak untuk menyerahkan kendali atas gedung-gedung utama pemerintah yang mereka duduki selama demonstrasi pada Jumat (15/11) lalu, Dalam aksi protes pada Jumat tersebut, sedikitnya 14 orang luka-luka akibat bentrokan dengan polisi.
Pemimpin regional Aslan Bzhania pada hari Minggu (17/11) mengisyaratkan bahwa ia siap melangsungkan pemilihan umum dini. Sementara itu, seorang pemimpin oposisi bersumpah bahwa para pengkritik Bzhania akan membentuk pemerintahan tandingan jika ia menolak untuk mundur.
Demonstrasi dimulai setelah para pejabat mengusulkan langkah-langkah baru yang memungkinkan warga negara Rusia membeli properti di negara yang memisahkan diri dari Rusia itu. Mereka yang menentang mengatakan langkah ini akan menaikkan harga apartemen dan meningkatkan dominasi Rusia di wilayah itu.
BACA JUGA: Sejumlah Anggota Parlemen Eropa Ikut Dorong Keanggotaan Georgia di Uni EropaSebagian besar wilayah Abkhazia memisahkan diri dari Georgia dalam pertempuran yang berakhir pada tahun 1993, dan Georgia kehilangan kendali atas sisa wilayah itu dalam perang singkat dengan Rusia pada tahun 2008.
Rusia mengakui Abkhazia sebagai negara merdeka, namun banyak warga Abkhazia khawatir akan nasib wilayah berpenduduk sekitar 245.000 orang yang sangat tergantung secara ekonomi dan keamanan pada Rusia.
Pegunungan di Abkhazia dan pantai Laut Hitam menjadikan wilayah tersebut sebagai tujuan populer bagi wisatawan Rusia, dan permintaan akan rumah liburan bisa jadi tinggi.
Para anggota parlemen telah berkumpul di gedung parlemen di wilayah tersebut untuk membahas langkah-langkah ratifikasi yang memungkinkan warga Rusia membeli properti di negara yang memisahkan diri tersebut. Namun, sesi tersebut ditunda karena para demonstran mendobrak gerbang halaman gedung dengan truk dan masuk ke dalam. Beberapa orang melemparkan batu ke arah polisi, yang membalasnya dengan gas air mata.
Penangkapan lima tokoh oposisi pada demonstrasi serupa Senin (11/11) lalu memicu demonstrasi luas pada hari Selasa (12/11) yang memaksa aparat keamanan memblokir jembatan Sukhumi. [em/lt]