Protes berkobar seminggu terakhir di pusat kota Beirut, menentang keputusan penundaan pemilihan umum dan perpanjangan mandat parlemen negara itu.
BEIRUT —
Protes berkobar seminggu terakhir di pusat kota Beirut, ibukota Lebanon, menentang keputusan penundaan pemilihan umum dan perpanjangan mandat parlemen negara itu.
Keputusan itu disampaikan ketika kekerasan sektarian yang tumpah ke negara itu memburuk akibat konflik yang berkecamuk di seberang perbatasan, di Suriah.
Dengan bergabungnya milisi Syiah Lebanon Hizbullah dan kawanan bersenjata Sunni Lebanon dengan pihak-pihak yang berlawanan dalam perang saudara yang sudah berlangsung 27 bulan di Suriah, Lebanon sangat membutuhkan kepemimpinan yang stabil.
Kombinasi antara kebuntuan politik dan konflik sektarian yang meningkat membuat rakyat Lebanon cemas dan merindukan stabilitas. Demonstran muda yang menentang keputusan menunda pemilihan anggota parlemen mengatakan rakyat Lebanon seharusnya bisa memilih dan mengantarkan pemimpin baru.
Demonstran seperti Ali, 24, mahasiswa jurusan film, mengatakan memperpanjang masa tugas parlemen adalah ilegal. Menurutnya, Lebanon bosan dengan wajah-wajah lama yang itu-itu juga.
"Saya di sini menentang perpanjangan parlemen Lebanon dan menentang semua anggota parlemen di sini yang mencuri uang kami dan mencuri peluang kami. Mereka membunuh impian kami,” ujarnya.
“Mereka adalah orang-orang yang sama sejak perang saudara Lebanon, wajah yang sama, orang yang sama, pembunuh yang sama. Dan, seperti sudah saya katakan, mereka membunuh impian kami dan perdamaian di negara kami."
Pada Kamis (20/6), ratusan demonstran bentrok dengan polisi di dekat parlemen dan Jumat malam demonstran melanjutkan aksi duduk di pusat kota Beirut. Poster-poster yang dibawa mereka menyatakan kebencian terhadap politisi. Satu poster berbunyi: "Politisi seperti popok, perlu diganti." Poster lain menyatakan: "Pergi! Kalian gagal."
Dengan meningkatnya bentrokan antara warga Muslim Lebanon yang Sunni dan Syiah karena membantu pihak yang berlawanan dalam perang saudara di Suriah, ditambah kecemasan akan pertempuran yang lebih luas terjadi di Lebanon, masyarakat internasional menyatakan kekhawatiran.
Duta Besar Amerika untuk Lebanon Maura Connelly pada Jumat mengeluarkan peringatan yang menyatakan "kekhawatiran utama Amerika adalah kelangsungan lembaga-lembaga demokrasi Lebanon." (VOA/Jamie Dettmer)
Keputusan itu disampaikan ketika kekerasan sektarian yang tumpah ke negara itu memburuk akibat konflik yang berkecamuk di seberang perbatasan, di Suriah.
Dengan bergabungnya milisi Syiah Lebanon Hizbullah dan kawanan bersenjata Sunni Lebanon dengan pihak-pihak yang berlawanan dalam perang saudara yang sudah berlangsung 27 bulan di Suriah, Lebanon sangat membutuhkan kepemimpinan yang stabil.
Kombinasi antara kebuntuan politik dan konflik sektarian yang meningkat membuat rakyat Lebanon cemas dan merindukan stabilitas. Demonstran muda yang menentang keputusan menunda pemilihan anggota parlemen mengatakan rakyat Lebanon seharusnya bisa memilih dan mengantarkan pemimpin baru.
Demonstran seperti Ali, 24, mahasiswa jurusan film, mengatakan memperpanjang masa tugas parlemen adalah ilegal. Menurutnya, Lebanon bosan dengan wajah-wajah lama yang itu-itu juga.
"Saya di sini menentang perpanjangan parlemen Lebanon dan menentang semua anggota parlemen di sini yang mencuri uang kami dan mencuri peluang kami. Mereka membunuh impian kami,” ujarnya.
“Mereka adalah orang-orang yang sama sejak perang saudara Lebanon, wajah yang sama, orang yang sama, pembunuh yang sama. Dan, seperti sudah saya katakan, mereka membunuh impian kami dan perdamaian di negara kami."
Pada Kamis (20/6), ratusan demonstran bentrok dengan polisi di dekat parlemen dan Jumat malam demonstran melanjutkan aksi duduk di pusat kota Beirut. Poster-poster yang dibawa mereka menyatakan kebencian terhadap politisi. Satu poster berbunyi: "Politisi seperti popok, perlu diganti." Poster lain menyatakan: "Pergi! Kalian gagal."
Dengan meningkatnya bentrokan antara warga Muslim Lebanon yang Sunni dan Syiah karena membantu pihak yang berlawanan dalam perang saudara di Suriah, ditambah kecemasan akan pertempuran yang lebih luas terjadi di Lebanon, masyarakat internasional menyatakan kekhawatiran.
Duta Besar Amerika untuk Lebanon Maura Connelly pada Jumat mengeluarkan peringatan yang menyatakan "kekhawatiran utama Amerika adalah kelangsungan lembaga-lembaga demokrasi Lebanon." (VOA/Jamie Dettmer)