Wartawan di Pakistan melancarkan demonstrasi di berbagai penjuru negara itu untuk mengecam sensor yang dilakukan militer dan dinas-dinas keamanan yang berpengaruh di negara itu, PHK karena pemotongan anggaran, serta keterlambatan pembayaran upah hingga berbulan-bulan.
Protes pada 16 Juli ini dipimpin oleh Serikat Jurnalis Federal Pakistan untuk melawan “penyensoran yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Afzal Butt, presiden Serikat tersebut mengatakan, unjuk rasa itu baru “awal gerakan protes.”
“Kami telah meluncurkan gerakan bagi hak-hak wartawan sejak hari ini,” kata Butt. “Sekitar 5.000 jurnalis telah kehilangan pekerjaan mereka dalam delapan bulan ini dan kami meyakini ini merupakan kelanjutan penyensoran,” ujar Butt.
Reporter tanpa Tapal Batas (RSF) yang berbasis di Paris pekan lalu mengecam putusan pihak berwenang di Pakistan untuk membekukan tiga saluran berita TV dari jaringan televisi kabel karena menyiarkan konferensi pers seorang tokoh oposisi.
Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) menyebutkan dalam laporan yang dirilis September lalu bahwa iklim kebebasan pers di Pakistan memburuk sementara militer negara itu “secara diam-diam namun efektif” membatasi peliputan melalui “intimidasi” dan cara-cara lain.
Pakistan berada di peringkat 142 dari 180 negara yang terdaftar dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia RSF. [uh/ab]