Psikiater Kamboja Hingga Aktivis Lingkungan Asing di Bali Raih ‘Hadiah Nobel’ versi Asia

  • Associated Press

Penerima Ramon Magsaysay 2022, dari kiri; Tadashi Hattori dari Jepang, Gary Bencheghib dari Indonesia, Bernadette Madrid dari Filipina, dan Sotheara Chhim dari Kamboja berpose dalam upacara di Manila, Filipina, Rabu, 30 November 2022. (Foto: AP/Gerard V.

Empat orang dianugerahi Penghargaan Ramon Magsaysay tahun ini, yang dianggap sebagai Hadiah Nobel versi Asia.

Nama penghargaan tahunan itu diambil dari nama presiden Filipina yang tewas dalam kecelakaan pesawat tahun 1957. Penghargaan itu diberikan untuk menghormati “semangat yang besar dalam pelayanan tanpa pamrih kepada masyarakat Asia.”

Penerima penghargaan tahun ini di antaranya Sotheara Chhim asal Kamboja, yang memimpin perawatan ribuan korban selamat dari pemerintahan Khmer Merah dan pasien lain di negaranya sejak menjadi direktur eksekutif Organisasi Psikososial Transkultural pada tahun 2002, kata yayasan penghargaan itu.

Bernadette Madrid dari Filipina, kanan, menerima penghargaannya oleh Aurelio Montinola, kiri, dan Ramon Magsaysay Jr., pada upacara Penghargaan Ramon Magsaysay di Manila pada Rabu, 30 November 2022. (Foto: AP/Gerard V. Carreon)

Ketika kecil, dirinya dipaksa bekerja di kamp-kamp Khmer Merah selama lebih dari tiga tahun hingga pemerintahan mereka berakhir pada 1979.

Ia menjadi salah satu psikiater Kamboja pertama setelah perang selama bertahun-tahun, demikian menurut yayasan Ramon Magsaysay.

Sementara itu, dokter mata asal Jepang Tadashi Hattori dianugerahi penghargaan itu karena melatih dokter-dokter lokal yang mengobati ribuan warga Vietnam.

Ia memutuskan untuk menjadi dokter ketika berusia 15 tahun, saat ia menyaksikan perlakuan kasar yang diterima ayahnya yang menderita kanker di rumah sakit.

Gary Bencheghib menerima penghargaannya dari Aurelio Montinola, kiri, dan Ramon Magsaysay Jr., tengah, pada upacara Penghargaan Ramon Magsaysay di Manila pada Rabu, 30 November 2022. (Foto: AP/Gerard V. Carreon)

Dalam kunjungannya ke Ibu Kota Vietnam, Hanoi, pada tahun 2002, ia “sangat terharu” ketika melihat bagaimana penduduk desa menjadi buta karena kurangnya spesialis mata dan fasilitas pengobatan. Ia lantas mengumpulkan dana, melatih para ahli dan mendonasikan peralatan ke rumah-rumah sakit lokal, kata yayasan tersebut.

Yang berikutnya adalah Gary Benchegib asal Prancis. Ia dianugerahi penghargaan itu atas upayanya memerangi pencemaran plastik di Pulau Bali, di mana kedua orang tuanya pindah beberapa tahun lalu. Ia memulai 'perang'nya ketika menemukan bahwa penyumbatan saluran air oleh sampah plastik sudah sedemikian memprihatinkan.

Sejak itu, ia memproduksi video-video tentang pencemaran plastik dan perlindungan lingkungan, termasuk sebuah film dokumenter tentang pencemaran di Sungai Citarum, Jawa Barat, pada tahun 2017.

BACA JUGA: Pemenang Penghargaan Magsaysay Diumumkan

“Saya harap semua yang ada di sini sekarang akan bergabung dengan saya, dengan cara sederhana, dalam perjalanan seumur hidup untuk melawan pencemaran plastik. Saya tidak pernah menyangka akan menjadi seorang tukang sampah. Tapi inilah saya, dengan bangga membersihkan sungai demi sungai dalam misi untuk menciptakan dunia yang bebas plastik," katanya.

Ia dan saudara laki-lakinya kemudian memimpin pemasangan sekitar 170 penahan sampah di sungai-sungai tercemar dan berencana memasang ratusan lainnya di Bali dan Jawa.

Bernadette Madrid dari Filipina, kanan, menerima penghargaannya oleh Aurelio Montinola, kiri, dan Ramon Magsaysay Jr., pada upacara Penghargaan Ramon Magsaysay di Manila pada Rabu, 30 November 2022. (Foto: AP/Gerard V. Carreon)

Yang terakhir, dokter anak asal Filipina, Bernadette Madrid, juga dianugerahi penghargaan Ramon Magsaysay berkat upayanya memimpin pusat perlindungan anak pertama di negara itu di Philippine General Hospital di Manila.

Ia menarik perhatian dengan memberikan pengobatan, meningkatkan kesadaran dan melibatkan pembuat kebijakan dan kelompok-kelompok masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.

Madrid memenangkan penghargaan atas “kepemimpinannya dalam menjalankan upaya multi-sektoral dan multi-disiplin dalam perlindungan anak, upaya yang dikagumi di Asia. Juga atas kompetensi dan belas kasihnya dalam mengabdikan dirinya untuk memastikan bahwa setiap anak korban pelecehan bisa hidup dalam lingkungan yang menyembuhkan, aman dan mengayomi,” kata yayasan tersebut. [rd/ka]