Humas PT IMIP, Dedy Kurniawan kepada VOA, Selasa (6/6) menjelaskan soal terjadinya kebakaran di daerah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT. Walxin Nickel Industry Indonesia (WNII) yang sedang dalam proses pembangunan. Lokasi kebakaran berada di daerah Tower Flue Gas Desulfurisation atau menara desulfurisasi. Dedi membantah kebakaran itu disebabkan oleh ledakan sebagaimana yang viral di media sosial.
“Dari hasil investigasi sebelum terjadi kebakaran itu sedang dilakukan pekerjaan pengelasan plat penguat di atas menara desulfurisasi di bagian luarnya. Diduga kebakaran terjadi akibat percikan api aktivitas pengelasan yang mengenai demister, bahan yang mudah terbakar, kebetulan pada saat kejadian itu ada sejumlah sampah plastik yang berada di bagian dalam bangunan Tower tersebut,” jelas Dedy Kurniawan dihubungi dari Palu.
Kebakaran diketahui setelah petugas keselamatan yang bertugas mengawasi kegiatan pengelasan tersebut melihat gumpalan asap hitam kepulan asap hitam tebal keluar dari puncak bangunan menara.
Kebakaran itu dapat dipadamkan dalam waktu 30 hingga 40 menit.
Dedy menegaskan tidak ada korban jiwa atau luka-luka dalam peristiwa tersebut. Kebakaran dilaporkan tidak menimpulkan kerusakan pada bangunan menara, dan kegiatan pabrik-pabrik di dalam kawasan PT IMIP tidak terganggu.
“Adapun soal ada berita atau postingan di media sosial yang menyebut terjadi ledakan itu adalah info hoax, sama sekali tidak ada ledakan. PLTU tidak terbakar. Bagaimana mau terbakar, PLTUnya sendiri belum beroperasi, masih sementara dibangun, sama sekali belum dioperasikan,” jelas Dedy.
BACA JUGA: Komnas HAM Dorong Pemenuhan Hak Pekerja di Pabrik Smelter Nikel di MorowaliHingga kini ada 18 PLTU yang sudah operasional di dalam kawasan PT IMIP, dengan total daya 3.867 megawatt.
Di dalam kawasan industri berbasis nikel yang menghasilkan produk utama berupa nikel, stainless steel dan carbon Steel, juga sedang dibangun tujuh PLTU yang diproyeksikan akan beroperasi sebelum akhir tahun 2023.
Kawasan Industri IMIP dan smelter pertama PT Sulawesi Mining Investment (SMI) didirikan berdasarkan MOU yang ditandatangani Indonesia dan China. Susilo Bambang Yudhoyono, yang ketika itu menjabat sebagai presiden, dan Presiden China XI Jinping menyaksikan langsung penandatangan perjanjian itu di Jakarta pada 3 Oktober 2013.
Setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 28 Mei 2015, kawasan bisnis ini langsung beroperasi.
Pada tahun 2020 PT Sulawesi Mining Investment (SMI) telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional. Luas kawasan itu kini telah mencapai 4.000 hektare, padahal awalnya direncanakan hanya mencapai 1.350 hektare.
Hingga 11 Februari 2023, jumlah karyawan yang dipekerjakan di kawasan industri IMIP mencapai 81.448, yang terdiri dari 70.758 tenaga kerja Indonesia dan 10.690 tenaga kerja asing. [yl/em]