Puluhan Aktivis Berunjuk Rasa di Jakarta, Tuntut Pembebasan Aisyah

Para aktivis Indonesia berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, menuntut pembebasan Siti Aisyah, warga Indonesia yang menjadi salah seorang tersangka pembunuhan Kim Jong-nam, 9 Maret 2017. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Para aktivis Indonesia berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, menuntut pembebasan Siti Aisyah, warga Indonesia yang menjadi salah seorang tersangka pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Sementara itu, hari Kamis (9/3), PBB menyatakan dua warga Malaysia yang bekerja untuk Program Pangan Dunia PBB yang tertahan di Korea Utara karena larangan perjalanan telah meninggalkan negara itu.

Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, yang selama ini tinggal di pengasingan, tewas di bandara internasional Kuala Lumpur pada tanggal 13 Februari lalu. Dalam rekaman kamera keamanan terlihat dua perempuan berjalan di belakang Kim Jong-nam di bandara itu dan mengusapkan sesuatu ke wajahnya.

Pihak berwenang Malaysia mengatakan zat yang diusapkan itu adalah racun saraf VX dan kedua penyerang tersebut direkrut oleh tim Korea Utara. Korea Utara membantah bertanggung jawab dan menuduh Malaysia dipengaruhi oleh musuh-musuh Korea Utara.

Kedua perempuan tersebut, seorang warga Vietnam dan seorang lagi warga Indonesia, telah ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan. Mereka mengatakan telah ditipu sehingga mengira bahwa mereka mengambil bagian dalam acara lelucon televisi yang tidak berbahaya.

Hari Kamis, puluhan pekerja dan aktivis Indonesia memprotes tuduhan pembunuhan terhadap tersangka asal Indonesia, Siti Aisyah, di luar kedutaan Malaysia di Jakarta.

Para pengunjuk rasa dari sebuah serikat buruh dan kelompok-kelompok Islam meminta pemerintah Indonesia dan komunitas internasional agar menyelidiki pembunuhan Kim Jong-nam dan berusaha membebaskan Siti Aisyah.

Salah seorang pembicara dalam unjuk rasa itu mengatakan tidak mungkin bahwa seorang pekerja migran yang naif seperti Siti Aisyah bisa secara sadar terlibat dalam pembunuhan itu. Para pengunjuk rasa melambai-lambaikan bendera hijau dan mengangkat spanduk yang di antaranya bertuliskan, “Save Siti Aisyah” (“Selamatkan Siti Aisyah”) dan “Siti Aisyah hanya korban kepentingan konspirasi politik.”

Dalam perkembangan lain, dua warga Malaysia yang bekerja untuk Program Pangan Dunia PBB (WFP) termasuk di antara ratusan warga biasa yang terperangkap dalam pertikaian diplomatik yang semakin sengit antara Malaysia dan Korea Utara.

Mereka tiba di Beijing hari Kamis (9/3), kata Jane Howard, koordinator WFP untuk isu-isu global. Menurutnya, kedua anggota staf WFP itu merupakan pegawai sipil internasional dan tidak mewakili pemerintah negara mereka.

Ketika Korea Utara mengeluarkan larangan perjalanan awal pekan ini, dan Malaysia membalasnya dengan melarang warga Korea Utara meninggalkan negeri jiran itu. Sembilan warga Malaysia yang diyakini masih berada di Korea Utara adalah tiga staf kedutaan dan anggota keluarga mereka.

Sekitar 1.000 warga Korea Utara diyakini berada di Malaysia, yang sejauh ini merupakan salah satu dari sedikit negara yang bisa dikunjungi oleh warga Korea Utara tanpa visa.

Malaysia tidak pernah secara langsung menyalahkan Korea Utara atas pembunuhan Kim Jong-nam di bandara internasional Kuala Lumpur pada tanggal 13 Februari lalu itu. [lt/ab]