Sedikitnya 32 individu paus pilot terdampar di pantai Desa Pesisir, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Mamalia laut ini terdampar sejak Rabu (15/6) dan kini sedang diusahakan untuk dikembalikan ke laut.
Amang Raga, Aktivis Jakarta Animal Aid Network mengatakan upaya penyelamatan harus dilakukan sesegera mungkin karena saat ini 10 dari 32 paus pilot itu mati.
“Total yang terdampar 32, yang mati 10, tapi yang 17 tidak kelihatan, yang 5 masih kelihatan, masih kita monitor bibir pantai,” kata Amang Raga, Aktivis Jakarta Animal Aid Network.
Upaya penyelamatan paus pilot dengan panjang tubuh antara dua hingga enam meter ini, dilakukan oleh tim penyelamatan gabungan yang terdiri dari unsur pemerintah, LSM pemerhati satwa dan juga masyarakat.
Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan laut (BPSPL) Denpasar, Suko Wardono mengatakan, penyelamatan mamalia laut yang terdampar itu melibatkan peran serta masyarakat yang memang telah memahami bagaimana menyikapi mamalia atau ikan besar lain yang terdampar di pantai.
“Kita juga ada kegiatan disini, sosialisasi pelatihan bimtek tentang penyelamatan penyelamatan satwa air, penyelamatan mamalia dengan beberapa tokoh masyarakat, beberapa unsur pemerintah daerah ikut, sehingga sudah memahami kalau ikan yang terdampar harus diselamatkan,” kata Suko Wardono
Your browser doesn’t support HTML5
Menurut Casandra Taniah, Marine Species Officer WWF, ada banyak kemungkinan yang menyebabkan kawanan paus ini terdampar, antara lain peristiwa alam seperti badai La Nina.
“Beberapa hipotesa yang mungkin bisa menyebabkan terdampar itu salah satunya La Nina, mungkin kena penyakit, ada aktivitas seismik, mungkin di laut ada pergeseran teknonik atau mungkin ada survey seismik juga,” ujar Casandra Taniah.
Program Monitoring Evaluation Officer WWF, Nara Wisesa menambahkan, penyebab terdampar massal paus pilot ini akan dapat diketahui dari tindakan nekropsi pada bangkai paus. Nekropsi adalah istilah yang digunakan untuk bedah bangkai.
“Paus pilot terdampar bersama-sama itu karena kelompok paus pilot bersifat erat kekerabatannya, jadi bila satu ekor terdampar semuanya akan ikut terdampar. Jadi bisa saja ada satu ekor yang sakit, yang lain ikut terdampar atau memang semua terpengaruh, jadi baru ketahuan kalau sudah di nekropsi,” jelas Nara Wisesa.
Amang Raga menegaskan akan terus memantau pergerakan paus pilot yang telah dilepasliarkan, untuk memastikan kondisi paus aman dan tidak lagi terdampar.
“Yang akan kami lakukan saat ini, mau menguburkan yang mati ini, kemudian kami tetap memonitor untuk tiga hari kedepan untuk yang sudah kami release ke laut,” imbuh Amang Raga. [pr/em]