Ratusan demonstran hari Sabtu dan Minggu (27/10) terus menunjukkan ketidakpuasan mereka di jalan-jalan ibu kota Irak, Baghdad, menuntut reformasi politik dan pemberantasan korupsi yang meluas di pemerintah. Demonstran di banyak kota besar maupun kecil di Lebanon juga turun ke jalan-jalan, mengajukan tuntutan serupa.
Lebih dari 40 orang dilaporkan tewas hari Jumat (25/10) dalam kekerasan di Irak meskipun Sheikh Abdel Mahdi Karabaliye, yang mewakili ulama Syiah negara itu, Ayatollah Ali Sistani, sudah menyerukan agar demonstrasi dilancarkan dengan damai.
Sheikh Karabaliye meminta demonstran dan pasukan keamanan agar menjaga demonstrasi berjalan damai dan tidak menggunakan kekerasan.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Perdana Menteri Irak Adel Abdel Mehdi mengeluhkan apa yang ia sebut tuntutan demonstran yang kontradiktif.
Perdana Menteri Irak mengatakan, ia terkejut melihat banyak dari orang yang menentang reformasi karena diduga adalah desakan dari luar, kini meminta pemerintah untuk mundur.
Juru bicara pemerintah Saad Hadithi mengatakan kepada TV Al Arabiya bahwa upaya sedang dilakukan untuk mulai merombak pemerintah, termasuk segelintir kementerian utama.
Di Lebanon, sejumlah orang dilaporkan terluka setelah Tentara Lebanon menembakkan gas air mata untuk membuka kembali jalan raya utama antara Tripoli, kota pelabuhan di pantai utara, dan kota Akkar, yang diblokir demonstran.
Jalan raya di pesisir itu juga dilaporkan diblokir di beberapa tempat di utara Beirut, meskipun pasukan Lebanon tampaknya telah menghentikan bentrokan antar kelompok-kelompok yang bersaing.
Kepada VOA, dosen ilmu politik di University of Paris, Khattar Abou Diab, mengatakan "demonstran di Lebanon dan Irak sedang berusaha memerangi korupsi yang endemik dan menegakkan kembali peraturan hukum." "Masalah utama dalam kedua kasus," menurut Diab, "adalah bahwa pasukan pro-Iran sedang berusaha meredam protes di kedua negara, menunjukkan bahaya jatuh ke orbit politik Teheran."(ka/jm)