Sebuah organisasi bantuan medis melaporkan bahwa bentrokan di Bangui telah menewaskan sedikitnya 50 orang dan melukai 90 lainnya, Kamis (5/12).
Pertempuran mematikan hari Kamis (5/12) berkecamuk di ibukota Republik Afrika Tengah, sementara PBB menyetujui penggelaran tentara asing yang lebih banyak untuk menstabilkan negara itu.
Organisasi bantuan medis Doctors Without Borders atau dokter tanpa tapal batas melaporkan bahwa bentrokan di Bangui telah menewaskan sedikitnya 50 orang dan melukai 90 lainnya, umumnya akibat serangan senjata api, parang atau pisau.
Sebuah gerakan terkait dengan mantan presiden Republik Afrika Tengah Francois Bozize telah mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan di sekitar ibukota itu.
Lin Banoukepa, yang memimpin gerakan pro-Bozize, dikenal sebagai FROCCA, memberitahu VOA bahwa para pejuang berusaha mengenyahkan pemberontak yang menggulingkan Bozize bulan Maret lalu .
Juru bicara Presiden sementara Republik Afrika Tengah, Michel Djotodia, menyalahkan pendukung Bozize atas kekerasan di Bangui itu.
Di New York, Dewan Keamanan PBB memberikan wewenang kepada Perancis dan Uni Afrika untuk memperkuat pasukan mereka di Republik Afrika Tengah, dengan harapan ketenangan akan pulih.
Sebuah pasukan stabilisasi Uni Afrika, yang dikenal sebagai MISCA, akan terdiri dari sekitar 3.600 tentara. Mereka akan didukung olehpasukan Perancis, yang berjumlah sekitar 1.200 tentara.
Sementara itu, Presiden Perancis Francois Hollande telah mengumumkan bahwa Perancis akan menggandakan kontingen tentaranya di Republik Afrika Tengah menyusul laporan-laporan bahwa sekitar 100 orang tewas di sana hari Kamis dalam kekerasan sektarian.
Berbicara dari Istana Elysee, Presiden Holland mengatakan bahwa 600 tentara Perancis yang sudah ada di negara itu bisa ditambah menjadi dua kali lipat dalam beberapa hari atau bahkan mungkin dalam beberapa jam.
Organisasi bantuan medis Doctors Without Borders atau dokter tanpa tapal batas melaporkan bahwa bentrokan di Bangui telah menewaskan sedikitnya 50 orang dan melukai 90 lainnya, umumnya akibat serangan senjata api, parang atau pisau.
Sebuah gerakan terkait dengan mantan presiden Republik Afrika Tengah Francois Bozize telah mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan di sekitar ibukota itu.
Lin Banoukepa, yang memimpin gerakan pro-Bozize, dikenal sebagai FROCCA, memberitahu VOA bahwa para pejuang berusaha mengenyahkan pemberontak yang menggulingkan Bozize bulan Maret lalu .
Juru bicara Presiden sementara Republik Afrika Tengah, Michel Djotodia, menyalahkan pendukung Bozize atas kekerasan di Bangui itu.
Di New York, Dewan Keamanan PBB memberikan wewenang kepada Perancis dan Uni Afrika untuk memperkuat pasukan mereka di Republik Afrika Tengah, dengan harapan ketenangan akan pulih.
Sebuah pasukan stabilisasi Uni Afrika, yang dikenal sebagai MISCA, akan terdiri dari sekitar 3.600 tentara. Mereka akan didukung olehpasukan Perancis, yang berjumlah sekitar 1.200 tentara.
Sementara itu, Presiden Perancis Francois Hollande telah mengumumkan bahwa Perancis akan menggandakan kontingen tentaranya di Republik Afrika Tengah menyusul laporan-laporan bahwa sekitar 100 orang tewas di sana hari Kamis dalam kekerasan sektarian.
Berbicara dari Istana Elysee, Presiden Holland mengatakan bahwa 600 tentara Perancis yang sudah ada di negara itu bisa ditambah menjadi dua kali lipat dalam beberapa hari atau bahkan mungkin dalam beberapa jam.