Badan keamanan siber Inggris pada Selasa (14/11) mengatakan bahwa kecerdasan buatan menimbulkan ancaman terhadap pemilu nasional berikutnya di negara itu, dan serangan siber yang dilakukan oleh negara-negara yang bermusuhan serta proksi mereka semakin menjamur dan semakin sulit dilacak.
Pusat Keamanan Siber Nasional (NCSC) mengatakan “tahun ini kita melihat munculnya aktor-aktor terkait negara (asing) sebagai ancaman siber baru terhadap infrastruktur nasional yang penting” seperti listrik, air, dan jaringan internet.
NCSC – yang merupakan bagian dari badan spionase siber Inggris, GCHQ – mengatakan dalam evaluasi tahunannya bahwa tahun lalu juga telah “muncul kelompok musuh siber baru dalam bentuk aktor-aktor yang berafiliasi pada negara asing, yang seringkali bersimpati pada invasi lebih lanjut Rusia terhadap Ukraina. Mereka termotivasi secara ideologis, bukan finansial.”
BACA JUGA: Studi: AI 'Tingkatkan' Disinformasi dan Sensor OnlineNCSC mengungkapkan, negara-negara dan kelompok-kelompok tersebut menimbulkan “ancaman yang bertahan lama dan signifikan,” mulai dari penjahat berbahasa Rusia yang menarget perusahaan-perusahaan Inggris dengan serangan ransomware, hingga “aktor siber yang berafiliasi dengan negara Tiongkok” yang menggunakan keterampilan mereka untuk mengejar “tujuan strategis yang mengancam keamanan dan stabilitas kepentingan Inggris.”
Menggaungkan peringatan dari badan intelijen MI5 dan MI6 Inggris, NCSC menyebut bangkitnya China sebagai negara adidaya teknologi “sebuah tantangan yang menentukan zaman bagi keamanan Inggris.” “China bisa menjadi kekuatan utama di dunia maya jika upaya kita untuk meningkatkan ketahanan dan mengembangkan kemampuan tidak bisa mengimbanginya,” katanya.
BACA JUGA: Pelopor Kecerdasan Buatan Sebut Ancaman AI 'Lebih Mendesak' daripada Perubahan IklimLaporan ini juga menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi kecerdasan yang berkembang pesat terhadap pemilu, termasuk pemilu nasional di Inggris yang akan diselenggarakan pada bulan Januari 2025.
Walaupun Ingris masih menggunakan metode pemungutan suara cara kuno -- yaitu dengan pensil dan kertas -- yang menyulitkan peretas untuk mengganggu pemungutan suara, NCSC mengatakan bahwa video palsu (deepfake video) dan “robot hiper-realistis” akan membuat penyebaran disinformasi selama kampanye menjadi lebih mudah. [ab/ka]