Presiden Rusia Vladimir Putin membantah laporan media bahwa ia akan membuka kembali sebuah markas dari era-Soviet di Kuba, yang digunakan untuk memata-matai Amerika Serikat.
Putin hari Kamis (17/7) mengatakan tidak punya rencana untuk memulai kembali operasi di fasilitas intelijen sinyal Lourdes di dekat Havana.
Media Rusia hari Rabu pertama kalinya melaporkan bahwa kedua negara telah menyepakati untuk sementara waktu perjanjian tersebut pekan lalu.
Rusia mampu memenuhi tugas-tugas kapasitas pertahanannya tanpa fasilitas tersebut, kata Putin kepada kantor berita pemerintah ITAR-TASS menjelang akhir lawatan enam harinya di Amerika Latin.
Seorang jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika hari Rabu menolak mengomentari berita tersebut karena perjanjian tersebut belum diumumkan secara resmi.
Anggota Kongres Amerika Mario Diaz-Balart, keturunan Kuba yang menentang keras pemimpin negara itu, mengatakan kepada VOA bahwa pembukaan kembali pusat intelijen itu akan memperlihatkan bahwa rezim Castro hanya memiliki niat jahat terhadap Amerika Serikat.
Markas yang dioperasikan bersama oleh Soviet dan Kuba di pinggiran kota Havana itu mulai melakukan pengintaian elektronik pada tahun 1964, pada waktu berlangsung Krisis Rudal Kuba. Ini merupakan fasilitas terbesar Uni Soviet di luar negeri, dengan pegawai sekitar 3.000 orang.