Presiden Vladimir Putin menganggap perang di Ukraina sebagai titik balik ketika Rusia akhirnya melawan Barat. Namun beberapa kalangan elite khawatir agresi tersebut sia-sia, dan hanya membuat kehidupan dan sumber daya Moskow terkuras tanpa membawa keuntungan apapun.
Ketika Putin memerintahkan pasukan Rusia merangsek ke Ukraina pada 24 Februari, dia berharap dapat mengibarkan bendera kemenangan dengan cepat, menorehkan tinta emas dalam sejarah bersama tsar, dan memberi Amerika Serikat (AS) pelajaran tentang kebangkitan Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet.
Namun, jauh panggang dari api. Putin salah perhitungan. Amukan perang telah membunuh atau melukai ratusan ribu orang; Rusia disebut Barat sebagai agresor; dan pasukannya sekarang menghadapi Ukraina yang tangguh yang didukung oleh aliansi militer NATO yang dipimpin AS.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri upacara peletakan karangan bunga dalam acara peringatan 80 tahun Pertempuran Stalingrad dalam Perang Dunia Kedua, di Volgograd, Rusia, 2 Februari 2023. (Sputnik/Dmitry Lobakin via Reuters)
Salah satu sumber senior Rusia yang mengetahui pengambilan keputusan Putin mengatakan harapan orang nomor satu di Kremlin itu untuk memperbaiki reputasinya telah kandas.
"Di masa depan, akan lebih sulit dan lebih mahal bagi Ukraina dan Rusia," kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya itu. "Kerugian ekonomi dalam skala ini tidak sebanding dengan beberapa wilayah yang berhasil ditaklukkan (Rusia)."
Sumber itu mengatakan dia percaya banyak elite memberikan pandangannya, meskipun mengatakannya secara terbuka akan mengundang pembalasan yang cepat.
Putin mengatakan Moskow terpaku pada pertempuran eksistensial dengan Barat yang arogan yang ingin menyepak Rusia dan sumber dayanya yang besar, sebuah narasi yang ditolak Ukraina dan Barat.
BACA JUGA: Jelang 1 Tahun Invasi, Rusia Tingkatkan Serangan di Ukraina
Lima sumber senior Rusia yang dekat dengan Kremlin mengatakan Putin belum memiliki saingan serius untuk menguasai Rusia. Dan dengan semua perbedaan pendapat publik yang berhasil dibungkam pemerintah, pria berusia 70 tahun itu tidak perlu takut dengan pemilihan presiden yang akan berlangsung pada Maret 2024.
Konsekuensi strategis dan ekonomi penuh dari perang dapat bergema untuk beberapa waktu.
Sumber itu mengatakan Rusia berada pada posisi yang kurang menguntungkan, baik dalam teknologi maupun militer, tetapi perang masih akan berlanjut "untuk waktu yang sangat lama."
Petugas pemadam kebakaran berjalan di tempat parkir dekat blok apartemen yang rusak berat akibat serangan rudal, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di Pokrovsk, wilayah Donetsk, Ukraina, 15 Februari 2023. (Foto: REUTERS/Marko Djurica)
Tidak Ada Alternatif
Seorang mantan komandan pasukan pro-Rusia yang pro-perang di Ukraina timur, tidak melihat hasil agresif Moskow yang jelas.
"Kami berada dalam situasi yang benar-benar paradoks," kata Igor Girkin, yang dihukum pengadilan internasional karena membantu menembak jatuh sebuah pesawat Malaysia di Ukraina timur.
"Kami memiliki kepemimpinan yang benar-benar tidak mampu yang dibentuk langsung oleh seorang presiden yang tidak dapat diubah dan tidak ada alternatif lain. Namun, pergantian presiden akan menyebabkan bencana yang cepat."
Bagi Girkin, pergantian presiden berarti kekalahan militer, perang saudara, dan penaklukan Rusia.
BACA JUGA: Putin Menyamakan Perang Dunia II dengan Konflik Ukraina
Rasa frustrasinya berpusat pada kerahasiaan, komunikasi yang buruk, dan struktur komando yang tidak efektif yang telah menyebabkan serangkaian kekalahan militer yang memalukan di tangan negara tetangga Rusia yang jauh lebih kecil.
Namun di luar medan perang, Rusia harus membayar mahal untuk membiayai perang yang di luar dugaan terjadi berlarut-larut. Bahkan Moskow juga harus menderita dalam menghadapi sanksi Barat yang paling parah.
Moskow telah kehilangan sebagian besar pasar gas Eropa yang dimenangkan oleh Uni Soviet dan Putin selama beberapa dekade. Produksi minyak Rusia naik pada 2022, tetapi Moskow mengumumkan akan memangkas produksi pada Maret, kemungkinan besar sebagai tanggapan atas pembatasan Barat pada harga produk olahannya.
Perusahaan dan investor Barat hengkang, membuat Rusia kini bergantung pada China, yang dulu sempat menjadi rivalnya, sebagai investor dan pembeli minyaknya.
Petugas penyelamat membersihkan puing-puing bangunan tempat tinggal yang hancur akibat serangan roket Rusia di Pokrovsk, Ukraina, Rabu, 15 Februari 2023. (Foto: AP)
"Perang ini adalah kegiatan paling penting yang pernah dilakukan Putin dan tentunya bagi Rusia ini adalah pertaruhan paling penting sejak jatuhnya Uni Soviet," kata Samuel Charap, spesialis Rusia di RAND Corporation yang pernah bertugas di Departemen Luar Negeri.
Permainan Panjang
Baik Ukraina maupun Rusia, kini bergantung pada apa yang terjadi di medan perang, di mana garis depan pertempuran membentang sejauh 850 km. Tidak ada pihak yang lebih unggul di mana keduanya mengalami kerugian besar.
Barat memasok alutsista yang lebih canggih dan mengeluarkan dana intelijen senilai puluhan miliar dolar. Toleransinya terhadap kebutuhan biaya perang Ukraina mungkin tidak ada habisnya.
Putin pada akhirnya mungkin bertaruh pada waktu, kata Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) William Burns, mantan duta besar untuk Moskow yang telah membawa pesan dari Presiden Joe Biden ke Rusia.
BACA JUGA: Pendapatan Minyak Rusia Turun akibat Pembatasan Harga
"Enam bulan ke depan, menurut saya, dan penilaian kami di CIA, akan menjadi kritis," kata Burns kepada Georgetown School of Foreign Service pada 2 Februari.
Dia mengatakan realitas medan pertempuran akan menusuk "keangkuhan Putin", dengan menunjukkan kepadanya bahwa pasukannya tidak dapat maju, tetapi hanya kehilangan wilayah yang telah direbut.
Beberapa elite Rusia berharap pihak Barat yang akan kalah, bukan Rusia.
"Presiden yakin dia bisa menang di Ukraina," kata salah satu sumber senior Rusia. "Dia, tentu saja, tidak bisa kalah perang. Kemenangan akan menjadi milik kami."
Presiden Rusia Vladimir Putin meletakkan bunga di makam Marsekal Soviet Vasily Chuikov di Volgograd, Rusia 2 Februari 2023. (Foto: Sputnik/Kirill Braga/Kremlin via REUTERS)
Baik Kremlin maupun Barat tidak memprediksi kemenangan atau kekalahan apa yang akan terjadi di Ukraina, meskipun Moskow masih jauh dari menang, meski berhasil memproklamasikan empat provinsi Ukraina sebagai bagian dari Rusia. Kyiv menegaskan akan merebut kembali setiap jengkal wilayahnya.
Dan itu memberi sedikit alasan untuk percaya bahwa perang akan segera berakhir.
"Putin akan tetap berkuasa sampai akhir, kecuali dia meninggal atau ada kudeta - dan sepertinya kemungkinan seperti itu tidak Nampak saat ini," kata seorang diplomat senior Barat.
"Putin tidak bisa memenangkan perang, tapi dia tahu dia tidak bisa kalah,” tukasnya. [ah/rs]