Kehadiran Putin dalam pertemuan puncak G20 ibarat booster. Jika datang, dia akan menambah bobot ajang ini. Tetapi jika tidak, misi G20 tak terganggu, karena kehadiran mayoritas pemimpin dunia.
Hingga sepekan sebelum pelaksanaan pertemuan puncak G20 di Bali 15-16 November 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin belum menyampaikan kepastian untuk hadir. Pengamat hubungan internasional dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta, Asep Kamaluddin Nashir mengibaratkan kehadiran Putin seperti vaksin booster. Kalaupun benar dia tidak datang, G20 tidak akan kehilangan peran karena komunitas dunia yang hadir cukup representatif.
“Kehadirannya menambah nilai, tetapi bukan berarti ketidakhadirannya mengurangi nilai. Kehadiran Putin ini menjadi booster. Ketidakhadirannya tidak disebut mengurangi nilai, karena semua juga pasti akan memaklumi bersama,” kata Asep kepada VOA.
Ada kemungkinan besar Putin memang tidak datang. Ditanya terkait tatakrama diplomasi internasional, Asep setuju bahwa dalam sisa waktu yang kurang dari satu pekan, seharusnya telah ada kepastian.
“Karena kita, juga sebagai tuan rumah, harus mempersiapkan segala sesuatunya. Jadi dalam konteks diplomasi internasional, harusnya sudah ada konfirmasi. Apalagi ini kehadiran kepala negara,” tambahnya.
Alasan Putin memilih untuk tidak datang, sebenarnya dapat dipahami. Kemungkinan, Rusia khawatir bahwa isu-isu utama dalam agenda G20 justru akan berbelok, menjadi perbincangan ke arah serangan negara itu ke Ukraina.
G20 sendiri telah sepakat, dalam presidensi Indonesia kali ini hanya tiga tema utama yang dibahas, yaitu kerjasama kesehatan global, ekonomi digital dan transisi energi.
Di sisi lain, kehadiran Putin sebenarnya memiliki makna strategis. Di tengah upaya dunia untuk pulih dari krisis ekonomi, harus diakui bahwa peran Rusia cukup signifikan. Akan sangat bermanfaat, apabila Putin datang dan turut serta membahas tantangan itu.
Your browser doesn’t support HTML5
Pemulihan ekonomi global, lanjut Asep, membutuhkan peran seluruh pihak. Dalam skala Eropa khususnya, upaya ini sangat dipengaruhi oleh keterlibatan Rusia. “Ini, kaitannya dengan kekhawatiran resesi ke depan, utamanya di bidang energi,” tambah Asep.
Jika dalam waktu yang tersisa ini Jokowi berhasil meyakinkan Putin untuk datang, maka peran Indonesia dan presidensi G20 tahun ini akan selalu dikenang. Ketidakhadiran Putin membuat pencapaian itu kurang lengkap. Meskipun sekali lagi, keputusan Rusia tidak akan mempengaruhi eksistensi Indonesia dalam kepemimpinan G20.
Spekulasi Masih Muncul
Ketika meninjau persiapan penyelenggaraan G20 di Bali, Selasa (8/11), Jokowi menyiratkan kemungkinan bahwa Putin tidak akan hadir.
“Yang sudah pasti 17, ya. Saya kira dalam posisi normal itu biasanya yang hadir juga 17-18. Ini posisi yang tidak normal, dunia sangat sulit, semua negara sangat sulit. Kalau kehadirannya sampai sejumlah itu, saya kira sudah sangat bagus, sangat bagus ya,” kata Jokowi.
Jokowi menambahkan, beberapa hari lalu dirinya melakukan permbicaraan telepon baik dengan Putin maupun Presiden Ukraina, Zelenskyy. Putin, kata Jokowi, akan hadir kalau kondisinya memungkinkan. Namun tidak ada penjelasan lebih jauh tentang apa yang disebut sebagai kondisi yang memungkinkan itu. Zelenskyy sendiri akan hadir secara virtual, namun dia menegaskan tidak akan ikut ambil bagian jika Putin datang.
Sebelumnya, pada Senin (7/11) Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan juga belum berani memastikan, bahwa Putin akan datang. “Kita masih nunggu mungkin satu dua kepala negara lagi yang mungkin datang. Tapi, kepala negara-negara besar, saya lihat semua akan hadir,” kata Luhut.
Luhut hanya memastikan, bahwa Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China, Xi Jinping dipastikan hadir. Sementara Putin masih menunggu kepastian.
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memastikan, skema pengamanan tetap memperhitungkan kehadiran Putin, sampai saat ini. “Kita sudah komunikasi, termasuk dengan secret service-nya Rusia. Kita sudah akomodasi segala yang dibutuhkan, sehingga dari kami ini mendukung penuh,” kata Andika, Senin (7/11). [ns/ab]