Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Selasa (21/2) bahwa dia menangguhkan partisipasi Rusia dalam perjanjian START Baru, pakta pengendalian senjata nuklir AS-Rusia terakhir yang tersisa.
Perjanjian yang ditandatangani pada 2010 itu membatasi masing-masing negara memiliki maksimal 1.550 hulu ledak nuklir. Perjanjian ini akan berakhir pada tahun 2026.
Berbicara dalam pidato kenegaraan di depan Duma (parlemen) Rusia, Putin mengatakan dia tidak sepenuhnya menarik diri dari perjanjian saat ini.
Dia juga mengatakan Rusia harus siap melanjutkan uji coba senjata nuklir jika Amerika Serikat melakukannya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut pengumuman Rusia itu “sangat disayangkan dan tidak bertanggung jawab.”
“Kami akan mengawasi dengan cermat apa yang sebenarnya dilakukan oleh Rusia,” kata Blinken kepada para wartawan. “Kami tentu saja akan memastikan bahwa dalam hal apa pun, kami berada dalam posisi yang tepat untuk keamanan negara kami sendiri dan sekutu-sekutu kami.”
Dia juga mengatakan Amerika Serikat tetap siap untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia tentang pembatasan senjata strategis kapan saja.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mendesak Putin agar mempertimbangkan kembali keputusannya. Dia mengatakan, “Lebih banyak senjata nuklir dan lebih sedikit kontrol senjata membuat dunia dalam bahaya.”
“Selama beberapa tahun terakhir, Rusia telah melanggar dan meninggalkan perjanjian kontrol senjata utama,” kata Stoltenberg kepada para wartawan di Brussel. “Dengan keputusan hari ini tentang New START, seluruh arsitektur kendali senjata telah dibongkar.” [lt/ab]