Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (21/4) memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerbu sebuah pabrik baja di kota Mariupol, Ukraina, di mana pasukan Ukraina terakhir yang tersisa bertahan.
Putin memberitahu Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dalam pertemuan yang ditayangkan televisi bahwa pasukan Rusia harus memblokade pabrik itu “sehingga seekor lalat pun tidak dapat melewatinya,” dan bahwa melanjutkan rencana untuk menyerbu lokasi itu akan menimbulkan risiko yang tidak perlu bagi pasukan Rusia.
Shoigu memberitahu Putin bahwa ada 2.000 tentara Ukraina di pabrik Azovstal, tetapi seluruh Mariupol, kota pelabuhan penting, telah “dibebaskan.”
BACA JUGA: Rusia Lancarkan Serangan Baru di MariupolDeputi PM Ukraina Iryna Vereshchuk meminta Rusia mengizinkan evakuasi warga sipil dan tentara yang terluka dari pabrik itu melalui sebuah koridor kemanusiaan.
“Ada sekitar 1.000 warga sipil dan 500 tentara yang terluka di sana. Mereka semua perlu ditarik keluar dari Azovstal hari ini,” kata Vereshchuk dalam unggahan online pada Kamis (21/4).
Ia juga mengatakan empat bus telah dapat mengevakuasi warga sipil dari Mariupol pada hari Rabu (20/4).
Lebih dari 100 ribu orang Ukraina diduga terperangkap di Mariupol, di mana 400 ribu orang bermukim sebelum Rusia menginvasi negara itu pada 24 Februari lalu.
“Kondisi di sana benar-benar mengerikan,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken hari Rabu pada sebuah konferensi diplomatik di Panama.
Ia menekankan bahwa koridor kemanusiaan yang diupayakan untuk membantu warga Mariupol melarikan diri “telah gagal dengan cepat.”
Pertempuran memperebutkan Mariupol merupakan bagian dari ofensif Rusia yang lebih luas di wilayah penting Donbas yang strategis, di mana Moskow telah meningkatkan kehadiran militernya.
“Target Moskow sekarang ini adalah untuk meluaskan kontrolnya di bagian timur dan selatan. Idealnya, mereka ingin merebut Kharkiv dan Odesa,” kata John E. Herbst, direktur senior Pusat Eurasia di Atlantic Council dan mantan duta besar AS untuk Ukraina, kepada VOA. “Tetapi itu adalah sesuatu yang sulit dicapai. Mereka mungkin harus puas dengan Mariupol,” lanjutnya. [uh/ab]