Moskow sempat bersiap mengaktifkan kekuatan nuklirnya untuk menjamin aneksasi atas Krimea dari Rusia tahun lalu, menurut Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam dokumenter yang telah direkam sebelumnya yang ditayangkan Minggu (15/3).
Putin juga mengatakan Rusia telah menyelamatkan nyawa mantan presiden Ukraina pro-Moskow, Viktor Yanukovich, yang menurutnya berada dalam bahaya setelah 'para revolusioner' merebut kekuasaan menyusul protes-protes jalanan yang diimbuhi kekerasan selama berminggu-minggu di Kyiv, tahun lalu.
Protes-protes atas keputusan Yanukovich untuk mundur dari perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa dan memilih membentuk hubungan yang lebih dekat dengan Moskow, telah memaksanya untuk mundur Februari tahun lalu. Digulingkannya Yanukowich pada akhirnya mendorong Rusia untuk merebut dan menganeksasi semenanjung Krimea di Laut Hitam.
"Tentu saja tidak segera dapat dipahami (apa reaksi mengenai aneksasi Krimea). Untuk itu, pada tahap-tahap pertama, saya harus mengorientasikan angkatan bersenjata. Tidak hanya orientasi, namun juga memberi perintah langsung," ujarnya.
Ketika ditanya apakah ia siap menyiagakan kekuatan nuklirnya, ia mengatakan: "Kami sudah siap untuk melakukannya waktu itu."
Putin tidak terlihat di depan publik atau dalam siaran langsung televisi sejak 5 Maret, mendorong gelombang olok-olok di Internet, meski pihak pemerintah bersikeras semua masih berjalan seperti biasa di Kremlin.
Laporan dari media independen Dozhd mengatakan Kremlin menolak berkomentar untuk laporannya bahwa Putin tidak berada di Moskow, namun ada di provinsi Novgorod, di rumahnya di Danau Valdai, selama beberapa hari terakhir. Sebuah surat kabar Austria melaporkan bahwa Putin menderita sakit punggung, dan seorang ahli ortopedi dari Wina telah berkunjung ke Rusia untuk merawatnya.
Film tersebut, ditayangkan di seluruh Rusia sebelum peringatan tahun pertama aneksasi Krimea, mendokumentasikan pengambilalihan semenanjung itu dan memberikan detil-detil jam-jam terakhir Yanukovich di Ukraina sebelum ia kabur ke Rostov-on-Don, di selatan Rusia.
Putin mengatakan Yanukovich meneleponnya pada 21 Februari tahun lalu untuk menjelaskan rencana untuk meninggalkan ibukota, tempat protes-protes jalanan berlangsung selama berminggu-minggu.
"Saya berikan pendapat saya, bahwa dalam situasi tersebut, sebaiknya tidak meninggalkan ibukota," ujar Putin.
Dari Kyiv, Yanukovich pergi ke Kharkiv, kemudian ke Donetsk, tempat ia menelepon Putin untuk meminta bantuan.
Putin menyarankannya untuk menemuinya secara pribadi di Rostov-on-Don, namun pesawat Yanukovich tidak diizinkan pergi. Ia kemudian pergi ke Krimea, tempat ia bersemangat pergi ke Rusia.