Ferdinand Marcos Jr., putra mendiang Ferdinand Marcos, diktator Filipina yang terguling, jauh memimpin dalam penghitungan suara tidak resmi pemilu presiden hari Senin (9/5).
Dengan lebih dari 77% suara dihitung, Marcos Jr. meraih 25 juta suara, jauh dibanding penantang terdekatnya, Leni Robredo – yang merupakan wakil presiden saat ini dan sekaligus aktivis pembela hak asasi manusia – yang meraih 11,9 juta suara.
Pemenang pemilu akan menjabat pada 30 Juni mendatang untuk masa jabatan tunggal enam tahun.
BACA JUGA: Anak Mantan Diktator Jadi Kandidat Kuat dalam Pilpres FilipinaBeberapa masalah menantang yang harus segera diselesaikan presiden terpilih nanti antara lain pandemi dan dampak lockdown atau penghentian sebagian kegiatan dan wilayah untuk mencegah perebakan luas COVID-19, kemiskinan dan pengangguran, serta pemberontakan kelompok Abu Sayaf dan komunis yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Presiden berikutnya kemungkinan juga akan menghadapi tuntutan untuk mengadili Presiden Rodrigo Duterte yang akan habis masa jabatannya, karena kebijakan penanganan narkotika dan pembunuhan ribuan orang, yang saat ini sudah diselidiki Mahkamah Kriminal Internasional.
Putri Duterte, Walikota Davao Selatan Sara Duterte, adalah pasangan Leni Robredo dalam aliansi keturunan dua pemimpin otoriter yang menimbulkan keprihatinan kelompok-kelompok HAM. Ikatan itu telah menggabungkan kekuatan suara dari kubu politik utara dan selatan yang terpisah, meningkatkan peluang mereka tetapi sekaligus menambah kekhawatiran para aktivis HAM.
Sara Duterte juga unggul dengan 24,9 juta suara dalam penghitungan suara tidak resmi dari server Komisi Pemilihan Umum.
Di Filipina, presiden dan wakil presiden dipilih secara terpisah.
Dalam pernyataan melalui video Senin malam, Marcos Jr. belum mengklaim kemenangan tetapi menyampaikan terima kasih pada para pendukungnya karena menemaninya dalam “perjalanan yang kadang-kadang sangat sulit” dan menyerukan agar mereka waspada hingga seluruh suara dihitung. [em/lt]