Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, bertemu untuk membahas perjanjian bilateral yang komprehensif dan konflik Israel di Gaza, demikian dilaporkan oleh kantor berita Saudi pada Minggu (19/5).
Pertemuan yang diadakan di Kota Dhahran, Arab Saudi, membahas "versi semi-final draf perjanjian strategis antara kedua negara yang hampir selesai," seperti yang diungkapkan dalam sebuah pernyataan.
Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi sedang berunding tentang jaminan keamanan serta bantuan nuklir sipil dalam rangka kesepakatan yang lebih besar, dengan harapan dapat membuka jalan untuk normalisasi hubungan antara Saudi dan Israel.
Pemimpin de facto Arab Saudi dan pejabat keamanan utama Presiden Joe Biden tersebut juga membahas perlunya menemukan "pendekatan yang dapat dipercaya untuk mencapai solusi dua negara" bagi Israel dan Palestina, menghentikan konflik dengan militan Hamas di Gaza, serta memfasilitasi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Reuters melaporkan awal bulan ini bahwa Pemerintahan Biden dan Arab Saudi berupaya menuntaskan pembahasan perjanjian nuklir. Pembahasan perjanjian itu berlangsung bahkan ketika upaya untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi, yang menjadi bagian "tawar-menawar besar" di Timur Tengah, masih belum jelas.
Gedung Putih mengatakan pada Jumat (17/5) bahwa Sullivan akan mengunjungi Arab Saudi dan Israel untuk membahas masalah bilateral dan regional, termasuk Gaza dan upaya untuk mencapai perdamaian dan keamanan abadi di wilayah tersebut.
BACA JUGA: Arab Saudi Bekukan Normalisasi Israel, Jalin Dialog dengan Iran di Tengah Gejolak PerangArab Saudi, yang merupakan salah satu pemain utama dalam industri minyak dunia, tidak secara langsung terlibat dalam kesepakatan nuklir yang biasanya ditujukan untuk pembangunan pembangkit listrik.
Namun, pemerintah Saudi sedang berupaya untuk meningkatkan produksi energi terbarukan secara signifikan dan mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai dengan rencana jangka panjang yang ambisius.
Meski demikian, beberapa kritikus berpandangan bahwa Riyadh mungkin memiliki minat dalam teknologi nuklir sebagai opsi masa depan, khususnya dalam konteks potensi pengembangan senjata nuklir, meskipun langkah-langkah pengamanan telah disepakati dengan Washington. [ah/ft]