Putra Raja Thailand Imbau agar Kritik Terhadap Hukum Pencemaran Nama Baik Didengar 

Vacharaesorn Vivacharawongse, putra Raja Thailand yang tidak diakui, menghadiri pameran "Wajah Korban 112" di Universitas Columbia, New York, 18 September 2023. (Foto: Pinitkarn Tulachom/VOA)

Thailand memiliki undang-undang yang paling keras di dunia, yang melarang kritik terhadap kerajaan di negara itu, dengan hukuman hingga 15 tahun penjara untuk setiap pelanggaran.

Pada sebuah pameran di New York pekan ini yang menampilkan kisah 25 orang yang dituntut berdasarkan hukum, putra Raja Thailand yang tidak diakui, Vacharaesorn Vivacharawongse hadir dan mengatakan kepada wartawan, ia berada di sana untuk mengetahui masalah itu.

Putra kedua Raja Thailand Maha Vajiralongkorn itu, kini tinggal di Kota New York dan menghadiri pembukaan pameran di Universitas Columbia, “Wajah Korban 112.”

Pameran itu menampilkan kisah dan potret 25 orang yang dituntut berdasarkan hukum penghinaan terhadap raja atau penguasa lain Thailand yang keras, dalam Pasal 112 KUHP.

Penampilannya menandai pertama kalinya seseorang yang mempunyai hubungan dekat dengan monarki, secara terbuka menaruh perhatian pada kegiatan yang menentang undang-undang (UU) kontroversial itu.

Vacharaesorn adalah salah satu dari empat putra Raja Maha Vajiralongkorn, 71 dengan istri keduanya, Sujarinee Vivacharawongse yang dinikahi pada 1994.

Penyelenggara pameran Pavin Chachavalpongpun, seorang akademisi Thailand, yang didakwa berdasarkan Pasal 112 itu, kini tinggal di pengasingan di Kyoto, Jepang. Pada pembukaan pameran ia mengatakan pameran ini berupaya meningkatkan kesadaran internasional terhadap undang-undang yang sering digunakan oleh pemerintah Thailand sebelumnya yang didukung oleh militer, untuk membungkam perbedaan pendapat, demi melindungi keluarga kerajaan Thailand. [ps/jm]