Putra mahkota Iran di pengasingan dijadwalkan mengunjungi Israel pada minggu ini dalam sebuah kunjungan yang mencerminkan hubungan hangat yang terjadi selama pemerintahan ayahnya dahulu dengan Israel dan keadaan permusuhan saat ini antara Israel dan Republik Islam tersebut.
Reza Pahlavi, putra Shah terakhir yang memerintah Iran sebelum Revolusi Islam 1979, mengatakan pada Minggu (16/4) bahwa dia akan menyampaikan “pesan persahabatan dari rakyat Iran.”
Dia dijadwalkan akan berpartisipasi dalam upacara tahunan peringatan Holocaust di Israel pada Senin (17/4) malam, kata Menteri Intelijen Israel Gila Gamliel, yang akan menjamu Pahlevi. Dia juga akan mengunjungi pabrik desalinasi, singgah di Tembok Barat dan bertemu dengan perwakilan komunitas Bahai lokal serta warga Yahudi Israel keturunan Iran, katanya.
Gamliel memuji “keputusan berani” Pahlavi untuk membuat apa yang ia sebut sebagai kunjungan pertamanya ke Israel. “Putra mahkota melambangkan kepemimpinan yang berbeda dari rezim ayatollah, dan memimpin nilai-nilai perdamaian dan toleransi, berbeda dengan ekstremis yang kini memerintah Iran,” katanya.
Pahlavi meninggalkan Iran pada usia 17 tahun untuk menempuh sekolah penerbangan militer di AS, tepat sebelum ayahnya yang mengidap kanker Mohammad Reza Pahlavi meninggalkan tahta dan hidup di pengasingan. Revolusi menyusul, dengan pembentukan Republik Islam, pendudukan Kedutaan Besar AS di Teheran dan penyingkiran sisa-sisa monarki yang didukung Amerika Serikat.
Pahlavi, yang masih tinggal di AS, menyerukan adanya revolusi damai yang akan menggantikan pemerintahan ulama dengan monarki parlementer, mengabadikan hak asasi manusia, dan memodernisasi ekonomi yang dikelola negara.[lt/rs]