Putri Noura, Duta Mode Arab Saudi

Putri Noura binti Faisal Al-Saud, Presiden Dewan Mode Arab Saudi, tersenyum dalam wawancara dengan AFP di mall al-Faisaliyah di Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi, 19 April 2018.

Terinspirasi pengalaman tinggal di Tokyo, Putri Noura binti Faisal Al-Saud, menjadi wajah baru dunia mode Arab Saudi, di tengah reformasi besar-besaran yang melanda kerajaan konservatif tersebut.

Putri Noura, cicit pendiri Kerajaan Arab Saudi, ditunjuk sebagai Presiden Kehormatan Dewan Mode Arab Saudi pada Desember tahun lalu.

Noura, yang akan merayakan ulang tahun ke-30 pada Minggu (29/4), bulan ini menggelar peragaan busana pertama di negaranya. Arab Fashion Week akan menampilkan perancang mode kelas dunia, seperti Jean Paul Gaultier dan Roberto Cavalli.

Mengenakan kerudung shayla menutupi rambutnya, Putri Noura adalah karakter yang hangat, terbuka dan mengesankan. Ia mewakili gambaran para penggemarnya sebagai masa depan Arab Saudi. Namun para kritikus menepis hal ini hanya sebagai pencitraan di salah satu negara dengan pembatasan paling ketat di dunia.

Baca: Arab Saudi Gelar Peragaan Busana Pertama

“Tentunya saya memahami persepsi masyarakat,” kata Putri Noura kepada AFP dalam sebuah wawancara di Riyadh. “Arab Saudi punya ikatan kuat dengan budayanya. Sebagai perempuan Saudi, saya menghormati budaya saya, saya menghormati agama saya.”

“Mengenakan abaya atau mengenakan pakaian yang mungkin Anda sebut konservatif, adalah bagian dari kami. Bagian dari budaya kami...inilah kehidupan kami, bahkan ketika melakukan perjalanan,” kata dia.

Peragaan busana Arab Fashion Week pertama di Arab Saudi, dibuka pada 11 April, terlambat dua minggu dari jadwal, di bawah pengawasan Putri Noura.

Diselenggarakan oleh Dewan Mode Arab, pagelaran busana ini menarik perhatian internasional. Baik karena dipandang sebagai titik balik Arab Saudi maupun karena pengaturannya yang kontroversial, dengan membatasi acara untuk tamu perempuan dan melarang penggunaan kamera.

Putri Noura sedang mencoba busana di sebuah butik di mall al-Faisaliyah, di Riyadh, 19 April 2018.

Putri Noura mengatakan pembatasan ini dipandang perlu sebagai bagian dari budaya setempat yang harus diikuti.

Menyandang gelar Master Bisnis Internasional dari Universitas Rikkyo di Tokyo, Putri Noura menyebut pengalamannya tinggal di Tokyo membawa pengaruh besar dalam pendekatannya terhadap mode, bisnis dan masyarakat di negaranya.

“Dari sanalah kecintaan terhadap dunia mode berawal,” kata dia. “Jadi, saya pikir, saya membawa banyak unsur Jepang ke Saudi...menghormati orang lain, menghormati budaya orang lain, agama orang lain.”

Putri Noura juga tertarik memperkenalkan produksi tekstil di Arab Saudi, yang sedang berusaha mengurangi ketergantungan ekonomi negara itu pada sumber pendapatan dari penjualan minyak mentah.

“Bahkan bila hanya 10 persen dari lini produksi atau lini manufaktur, kami bisa menjalankan tahap penyelesaian..tahap akhir perakitan di Arab Saudi,” kata Noura.

“Saya percaya kami bisa melakukan hal yang besar.” [ft/au]