Panglima militer baru Pakistan Jendral Raheel Sharif hari Jumat secara resmi mengambil alih komando militer terbesar keenam di dunia itu.
RAWALPINDI, PAKISTAN —
Acara serah terima itu dilangsungkan dalam kompleks markas besar angkatan darat Pakistan dimana keamanan sangat ketat. Ruas-ruas jalan utama menuju lokasi itu ditutup mulai dini hari dan hanya para tamu undangan boleh masuk daerah tersebut.
Para menteri federal, diplomat, pejabat senior militer dan sipil hadir dalam acara tersebut.
Sejumlah pemain alat musik perkusi dari band angkatan darat Pakistan menampilkan solo drum sesaat sebelum Jendral Raheel Sharif mengambil alih komando dari pendahulunya, Jendral Ashfaq Parvez Kayani.
Jendral Kayani menyerahkan tongkat komando ke Sharif, melambangkan pergantian pimpinan.
Sebagai tentara infanteri karir, Sharif yang berusia 57 tahun tidak banyak dikenal diluar lingkaran militer sebelum Perdana Menteri Nawaz Sharif mengangkatnya ke jabatan tertinggi itu. Pengumuman ini mengejutkan banyak analis karena Jendral Sharif hanya berada di tempat ketiga daftar senioritas dan tidak memiliki hubungan kerabat dengan PM Sharif.
Ketika menjabat inspektur jendral divisi pelatihan dan evaluasi, Jendral Sharif dikatakan merevisi pedoman pelatihan militer Pakistan agar lebih terpusat pada ancaman dari militan Islamis di dalam negeri terhadap negara itu.
Purnawirawan Athar Abbas, yang sempat bekerja dengan Jendral Sharif, menjelaskan berbagai kebijakan pendahulu Sharif yang kemungkinan akan tetap berlanjut.
“Jendral Kayani mendukung sepenuhnya demokrasi dan mengadopsi kebijakan intervensi minimal dalam urusan sipil. Juga, ia mendukung prakarsa pemerintah untuk memperbaiki hubungan dengan India. Jadi pendekatan utamanya adalah mendukung pemerintah dan mengeluarkan militer dari urusan sipil. Hal ini sangat dihargai semua kalangan dan juga mempengaruhi secara positif moral tentara,” kata Athar Abbas
Pakistan mengalami tiga kudeta militer sejak merdeka tahun 1947. Militer masih secara tidak langsung memiliki pengaruh dalam urusan politik, terutama terkait masalah kebijakan luar negeri, sehingga jabatan panglima militer dipantau cermat di negara itu.
Para menteri federal, diplomat, pejabat senior militer dan sipil hadir dalam acara tersebut.
Sejumlah pemain alat musik perkusi dari band angkatan darat Pakistan menampilkan solo drum sesaat sebelum Jendral Raheel Sharif mengambil alih komando dari pendahulunya, Jendral Ashfaq Parvez Kayani.
Jendral Kayani menyerahkan tongkat komando ke Sharif, melambangkan pergantian pimpinan.
Sebagai tentara infanteri karir, Sharif yang berusia 57 tahun tidak banyak dikenal diluar lingkaran militer sebelum Perdana Menteri Nawaz Sharif mengangkatnya ke jabatan tertinggi itu. Pengumuman ini mengejutkan banyak analis karena Jendral Sharif hanya berada di tempat ketiga daftar senioritas dan tidak memiliki hubungan kerabat dengan PM Sharif.
Ketika menjabat inspektur jendral divisi pelatihan dan evaluasi, Jendral Sharif dikatakan merevisi pedoman pelatihan militer Pakistan agar lebih terpusat pada ancaman dari militan Islamis di dalam negeri terhadap negara itu.
Purnawirawan Athar Abbas, yang sempat bekerja dengan Jendral Sharif, menjelaskan berbagai kebijakan pendahulu Sharif yang kemungkinan akan tetap berlanjut.
“Jendral Kayani mendukung sepenuhnya demokrasi dan mengadopsi kebijakan intervensi minimal dalam urusan sipil. Juga, ia mendukung prakarsa pemerintah untuk memperbaiki hubungan dengan India. Jadi pendekatan utamanya adalah mendukung pemerintah dan mengeluarkan militer dari urusan sipil. Hal ini sangat dihargai semua kalangan dan juga mempengaruhi secara positif moral tentara,” kata Athar Abbas
Pakistan mengalami tiga kudeta militer sejak merdeka tahun 1947. Militer masih secara tidak langsung memiliki pengaruh dalam urusan politik, terutama terkait masalah kebijakan luar negeri, sehingga jabatan panglima militer dipantau cermat di negara itu.